Wednesday, December 28, 2005

Haid Baca Quran?

Haid Baca Quran? Image hosted by Photobucket.com
Apa hukum seorang wanita yang sedang menstruasi/haid membaca qu‘an. Mohon dijelaskan beserta dalilnya?

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Wanita yang sedang haidh termasuk orang yang sedang tidak suci. Dan bagi mereka, dilarang untuk memegang mushaf Al-Quran, membacanya dan memasuki masjid.

1. Menyentuh Mushaf AL-Quran

Sedangkan yang berkaitan dengan larangan menyentuh mushaf dalilnya adalah ayat Al-Quran surat Al-Qaqiah ayat 79:

"Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci."

Jumhur Ulama sepakat bahwa orang yang berhadats besar termasuk juga orang yang haidh dilarang menyentuh mushaf Al-Quran.

2. Membaca Al-Quran

Sedangkan untuk membaca Al-Quran, jumhur ulama mengatakan tidak boleh bila sedang haidh. Dasarnya adalah hadits Ali bahwa dia berkata,

"Rasulullah SAW tidak terhalang dari membaca AL-Quran kecuali dalam keadaan junub."

Namun ada pula pendapat yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Quran dengan catatan tidak menyentuh mushaf dan takut lupa akan hafalannya bila masa haidhnya terlalu lama. Juga dalam membacanya tidak terlalu banyak.

Pendapat ini adalah pendapat Malik. Demikian disebutkan dalam Bidayatul Mujtahid jilid 1 hal 133.


3. Masuk Masjid

Orang yang haidh dan dalam keadaan junub dilarang masuk masjid. Hal itu didasarkan pada hadits Rasulullah SAW:

Dari Aisyah RA. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh" HR. Bukhori, Abu Daud dan Ibnu Khuzaemah.

Monday, December 19, 2005

ikutan bg pasangan..

Image hosted by Photobucket.com

Saudaraku.............
Nikah itu ibadah
Nikah itu suci ingat itu
Memang nikah itu boleh karena harta, boleh karena kecantikan,
boleh karena keturunan,
dan boleh karena agama.

Jangan engkau jadikan harta, keturunan -
maupun kecantikan sebagai alasan
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan
Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Saudaraku..........
Tidak dipungkiri, bahwa keluarga terbentuk karena cinta
Namun
Jika cinta engkau jadikan sebgai landasan, maka keluargamu
akan rapuh, akan mudah hancur. Jadikanlah " ALLAH " sebagai
landasan
Niscaya engkau akan selamat
Tidak saja dunia, tapi juga akherot
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan
Niscaya Mawaddah (kasih), Sakinah (ketentraman)
dan Rahmah (sayang) akan tercapai.

Saudaraku...........
Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban,
karena istri tercinta tidak mendengar kedatangannya.
Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika
lapar,
Menjahit bajunya yang robek

Saudaraku............
Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu
Jika itu engaku lakukan akan celaka
Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam & yang putih, tidak akan
dapat melihat yang benar & yang salah
Lihatlah bagaimana Allah
menegur " Nabi "-mu tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan,
hanya karena menuruti kemauan istri.
Tegaslah terhadap istrimu
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth
Di bawah bimbingan manusia pilihan,
justru mereka menjadi penentang
Istrimu boleh menjadi musuhmu
Didiklah istrimu
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama -
yang taat terhadap tugas dakwah suami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama -
yang dapat menjaga kehormatannya
Jadikan dia sebagai Khadijah, wanita utama yang dapat mendampingi suami
Muhammad saw menerima tugas risalah
Istrimu adalah tanggung jawabmu
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah
Biarkan mereka menjadi wanita solehah
Biarkan mereka menjadiHajar atau Maryam
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu

Saudaraku.......
Jika engkau menjadi istri
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah
siapkan dirimu untuk menjadi Hajar,
yang setia terhadap tugas suami
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam,
yang dapat menjaga kehormatannya
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah,
yang mendampingi suami menjalankan misi.
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu
Jika itu kau lakukan
Kecintaannya terhadapmu
akan memaksanya menjadi pendurhaka, jangan

Saudaraku........
Jika engaku menjadi Ayah
Jadilah Ayah yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah Ayah yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah Ayah yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah
Ajaklah mereka taat kepada Allah
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yg durhaka.
Mohonlah kepada Allah
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak
yang soleh
Anak yang dapat membawa kebahagiaan.

Saudaraku........
Jika engkau menjadi ibu
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu
Jadikanlah mereka mujahid
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah
Jangan biarkan mereka bermanja-manja
Jangan biarkan mereka bermalas-malas
Siapkan mereka untuk menjadi hamba yang soleh
Hamba yang siap menegakkan Risalah Islam.

Bida 'ah

Rasulullah saw ketika berkhutbah pernah bersabda sebagaimana yg diriwayatkan oleh An-Nasaai :

‏ ‏من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له إن أصدق الحديث كتاب الله وأحسن الهدي هدي ‏ ‏محمد ‏ ‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ‏ ‏وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
".....Sesiapa yg diberi oleh Allah petunjuk maka tidak ada sesiapa yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang telah disesatkan oleh Allah maka tidak ada sesiapa yang dapat memberi pentunjuk kepadanya. Dan sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah dari Kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk ialah Nabi Muhammad saw. Dan seburuk-buruk kejahatan adalah mereka-reka (pembaharuan didalam agama) dan setiap rekaan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah tempatnya didalam neraka...."
- An-Nasaai.

Perkataan Bid'ah merupakan suatu istilah sensitif dikalangan orang-orang Islam khususnya di Malaysia. Dalam istilah Inggeris ia di panggil 'Innovation' atau jika diMelayukan menjadi inovasi. Dengan kata lain ia membawa maksud - inovasi, rekaan atau ciptaan baru. Menurut Sheikh Ali Mahfudz didalam kitabnya Al Ibda' fi Madharil Ibtida'[1] berkata bahawa bid'ah boleh dilihat dari segi bahasa dan istilah. Dari segi bahasa ia bermakna :

ماخلق من غير مثال سابق
"Segala sesuatu yang diciptakan dengan tidak didahului contoh-contoh"

Manakala dari segi istilah pula ia bermaksud :

البدعة هي عبارة عن طريقة في الدين تضاهي الشرعية يقصد بلسلوك عليها المبالغة في اليتعبد الله سبحانه وتعالى
"Bid'ah ialah suatu ibarat yang berkisar pada masalah-masalah agama. Dilakukannya menyerupai syariat dengan cara yang berlebihan dalam mengabdikan kepada Allah swt."

Keterangan diatas amat terang dan jelas menceritakan bid'ah secara ringkasnya. Sepertimana yg dinyatakan didalam hadis diatas tadi dimana 'seburuk-buruk kejahatan ialah mereka-reka' (‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ) telah membangkit beberapa perkumpulan ulama' mencari skop dan had-had istilah 'mereka-reka' itu sendiri. Didalam mendefinasikan ruang lingkup bid'ah atau rekaan-rekaan didalam agama Islam telah mengakibatkan tercetusnya pelbagai-bagai pegangan, baik yg menolak 'semua bid'ah dan mengatakan semuanya sesat' atau kumpulan-kumpulan yg membuat pembahagian terhadap bid'ah (kelasifikasi bid'ah) itu sendiri, malah ada juga yg mengamalkan sesuatu bid'ah tanpa berdasarkan kepada dalil-dalil yg kuat.

Memang tidak boleh dinafikan terdapatnya pelbagai unsur-unsur negatif yg timbul dari pertembungan ini. Perkara-perkara ini lah yg harus kita elakkan agar ia tidak menjadikan kesesatan yg amat nyata. Contoh-contoh budaya negatif adalah seperti :

1. Cemuhan-cemuhan tanpa segan silu dilakukan terhadap ulama'-ulama' tersebut. Fitnah menfitnah ulama'. Ulama sudah tidak dihormati lagi. Akhlak perbincangan seakan-akan sudah tiada lagi.

2. Cemuhan terhadap orang-orang Islam sendiri dan berakhir dengan perkelahian. Perdebatan yg membakar semangat perkelahian yg didorong oleh kemarahan yg tidak dapat dikawal. Perdebatan yg diasaskan dengan nafsu, ingin menegakkan benang basah. Jauh sekali dari keikhlas didalam agama!

3. Mendakwa seseorang ulama' ini berkata demikan tetapi sebenar ulama tidak pernah berkata begitu. Ini juga termasuk didalam memalsukan kenyataan ulama. Contohnya, Imam Syafie kan berkata perkara ini sunat, wal hal tak pula kedapatan didalam kitab Imam Syafie. Tak tahulah Syafie mana yg dirujukkannya?

4. Lebih bahaya lagi memalsukan hadis Rasulullah saw. Contohnya, kalau orang awam akan berkata :"Inikan sunnah Nabi", tetapi Rasulullah saw tidak pernah berkata demikan (pandai-pandai nak melibatkan nama Rasulullah saw tanpa usul periksa!), dan golongan-golongan oportunis pula akan memalsukan hadis-hadis nabi, dengan lahirnya hadis-hadis mawdhu'. Ini semua suatu penipuan terhadap Rasulullah saw!

5. Semua orang jadi ulama'. Masing-masing dah pandai mengeluarkan fatwa-fatwa tanpa ilmu dan tanpa sedikit pun perasaan takut akan azab Allah swt
.


Pergeseran dan pertembungan dua budaya ini sebenar merupakan pergesaran ilmu dan hujah yg amat hebat sekali. Terdapat ilmu perbandingan yg amat berharga dilahirkan. Ulama' mana yg nak menyesat manusia? Hanya ulama'-ulama' yg mempunyai kepentingan dunia sahaja yg melakukannya. Ada juga yg disebabkan oleh faktor-faktor tekanan, asasnya 'cinta pada dunia dan benci kepada maut'. Apabila dilihat konflik ini secara positif, maka dapatlah kita senarai beberapa pengajaran yg boleh kita ambil seperti :

1) Meninggalkan budaya Pak Turut - Budaya ini memang tak dapat dipisahkan kepada mereka yg begitu 'sensitif tak menentu' mengenai isu bid'ah ini. Mereka tak boleh terima perkara baru didalam hidup mereka. Sekurang-kurangnya konflik ini dapat memecahkan sikap pak turut seperti "Guru saya kata atau Ustaz itu kata perkara ini sunat!" kepada sikap keterbukaan. Tepuk dada, tanya ilmu. Kita wujudkan budaya Pak Siasat, Pak Ingin Tahu dan sebagainya.

2) Peningkatan didalam budaya merujuk. Mempelajari konflik ini membuat seseorang Islam ini banyak melakukan rujukan. Contohnya, Sembahyang tasbih; kita akan ketemu pelbagai-bagai pendapat yg membolehkan dan menolak sembahyang tasbih. Ini menjadikan kita lebih peka dan 'original' didalam ibadat yg kita lakukan.Ia menggalakkan masyarakat Islam mewujudkan budaya 'penyelidikkan' disamping meningkat ilmu pengetahuan. Didalam melakukan rujukan, maka timbullah teknik-teknik seperti 'citation indexing', siapa yg merujuk siapa?; proses atau langkah yg diambil apabila melakukan pencarian 'rujukan keatas rujukan'. Maka timbullah minat mengetahui dan membaca kitab-kitab asal sesuatu persoalan itu. Kalau dilihat dari segi subjek, bidang 'citation indexing' terhadap bahan-bahan bacaan Islam belum ada lagi. Maka usaha-usaha perlu digembelingkan kearah mewujudkan alat-alat rujukan tersebut.

3) Ulama' pewaris Nabi - Ia mewujudkan budaya merujuk kepada rujukan ulama. Ulama tempat merujuk. Timbul budaya ulama' mana yg berkata begitu. Bagaimana mana cara 'argument' atau hujah mereka. Bagaimana ulama itu boleh berijtihad dengan hukum itu? Budaya ini membuatkan nama-nama ulama'-ulama' silam seperti Imam Malik, Imam Syafie, Ibnu Taimiyah dan sebagainya dirujuk dan disebut sehingga kini. Tanpa sumbangan ulama'-ulama' ini, tak kemana keislaman kita. Maka timbullah kecintaan kepada para ulama'-ulama'.

4) Memperbaiki qualiti ibadah. - Konflik ini membuat seseorang Islam itu mendalami ilmu ibadah mereka. Rujukan-rujukan ulama' seperti buku yg menyentuh 'Bagaimana Rasulullah sembahyang?', 'Ibadah Haji seperti Rasulullah' dan sebagainnya memberi ilmu yg 'genuine' atau asli kepada si pembaca tadi. Kita dapat ketahui melalui nas-nas dan perbincangan ulama' asal-usul, kaifiyat-kaifiyat, fadilat-fadilat sesuatu ibadah itu secara betul dan bukannya 'membuta tuli' sahaja. Dapatlah kita mengetahui dengan secara detail sesuatu ibadat itu dilaksanakan.

5) Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi saw - Konflik ini akan menggembalikan kita kepada rujukan utama kita, iaitu Al-Quran sunnah Rasulullah saw. Rujukan kepada ayat-ayat Al-Quran dan hadis Rasulullah akan dilakukan apabila timbulnya sesuatu konflik ini. Dalam mempelajari ilmu hadis ini, maka tahulah kita darjat-darjat sesuatu hadis itu dan sebagainya.Tahulah kita mana hadis-hadis yg dipalsukan atau yg tersangat daif.

Petikan dari bab terakhir dari buku (حجة النبي صلى الله عليه و سلم كما رواها جابر رضي الله عنه )Haji Nabi saw sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir r.a. didalam Bab - 'Bid'ah mengenai Ibadah Haji dan ziarah ke Madinatul Munawwara, dan Baitul Maqdis, mukasurat 100-105.[4]

Saya (Al-Albaani)telah menambah didalam penghujung buku, perkara mengenai bidaah berhubung dengan ibadat Haji dan lawatan ke Madinatul Munawarah dan Baitul Maqdis, dimana tidak ramai orang-orang mengetahui mengenai perkara ini dan telah jatuh kedalamnya - maka saya ingin menasihatkan mereka dengan menerangkan dan memberi peringatan terhadap perkara ini - sebagaimana Allah tidak menerima apa-apa amalan melainkan dipenuhi 2 syarat [di bawah] :

Pertama : Ia dilakukan dengan penuh ikhlas kerana Allah Azza wa Jalla.

Kedua : Ia mestilah betul - dan ia tidak akan betul (sahih) sehingga ia bertepatan dengan Sunnah, tidak bertentangan dengannya - dan sebagaimana dipersetujui oleh ulama'-ulama'- apa-apa yg didakwa oleh seseorang mengenai perbuatan yg Rasullulah tidak menjelaskan melalui Hadisnya, (yg tidak membawa dekat kepadanya) -- membawa kepada dekat dengan Allah apabila melakukan - maka ia bertentangan dengan Sunnah sebagaimana
Sunnahnya terdiri dari dua jenis :

(a) Sunnah perbuatan (Sunnah Fi'liyyah - سنة فعلية perbuatan yg dilakukan) dan

(b) Sunnah ditinggallkan (Sunnah Tarkiyyah) - سنة تركية perbuatan yg dia tidak lakukan)

Perkara yg berkisar mengenai ibadat, yg ditinggalkan oleh Rasullulah - maka menjadi sunnah untuk meninggalkan nya - misalnya - Azan pada sembahyang dua hari raya dan semasa mengkebumikan mayat, walaupun ia memulia dan menyebut nama Allah, ia tidak dibenarkan walaupun ia bermakna mendekati diri dengan Allah Azza wa Jalla, dan bahawasanya ia disebabkan sesuatu yg Rasullulah saw meninggalkannya - dan telah faham pada peringkat ini oleh sahabat-sahabatnya - dan Huzaufah Ibnu
Al-Yamaan ra berkata :


كل عبادة لم يتعبدها أصحاب رسول الله صلى الله علي وسلم فلا تعبدوها
"Setiap ibadah yg tidak dilakukan oleh sahabat Rasulullah saw, maka janganlah melakukannya"

Dan berkata Ibnu Mas'ud :

اتبعوا ولا تبدعوا، فقد كفيتم عليكم بالأمر العتيق
"Ikutlah (sunnah) dan jangan menambah, dan telah cukup bagi kamu - perbuatan yg lama (kekal dengan cara lama)"

Maka beruntunglah mereka yg Allah beri peluang untuk melakukan ibadah dengan mengikuti Sunnah Nabi saw dan tidak mencampurkannya dengan bid'ah - untuk mereka itu khabaran penerimaan Allah ketas ketaatannya - dan keizinannya ke Syurga. Allah menjadikan dari mereka yg mendengar perkataan-perkataan dan mengikuti yg terbaik.

Dan ketahuilah bahawa bidaah ini boleh didapati dari faktor-faktor berikut :

(i) Hadis Da'if (lemah) - dimana tidak benarkan penggunaannya sebagai dalil, atau ianya, menurut kata-kata anda, dibenarkan mengamalkannya , sebagaimana yg telah saya jelaskan didalam Muqadimah buku 'Sifat Solat Un-Nabi' (sifat-sifat sembahyang nabi) - dan ini mazhab (pegangan) jemaah dari ahli ilmu - dari mereka Ibnu Taimiyyah.

(ii) Hadis Palsu (Mawdhu') - atau tidak ada apa-apa asasnya - beberapa fuqaha' masih tidak mengetahui mengenai keadaan kebenarannya - dan maka berdasarkan hukum agama terhadapnya - ia telah menjadi punca utama bidaah dan perbuatan baru!

(iii) Ijtihad beberapa fuqaha' atau sesesuatu perkara yg dicadangkan - khusus dikalangan muthakhir - tidak berasaskan apa-apa bukti (dari Al-Quran & Hadis), dari menggangapnya sebagai perkara yg bercanggah - sehingga ia menjadi Sunnah yg di ikuti! Dan ini tidak mungkin tersembunyi dari seorang yg mendalami agamanya, sesungguhnya tidak betul mengikut perkata tersebut, tidak ada perkara yg sebahagian dari Shariah melainkan dari Allah, dan tidak mencukupi untuk seseorang itu membuat sesuatu yg diingini, dan bahawa Allah tidak akan mengazabnya kerana perkata itu, Tetapi bagi mereka yg mengambil sesuatu yg dianggap sebagai sunnah, maka pasti tidak! Dan bagaimana ia boleh terjadi apabila ada beberapa perkara mencanggah dengan sunnah, sebagaimana akan dinyatakan kemudiannya - dengan izin Allah.

(iv) Adat dan kepercayaan kurafat yg mana tiada dalil dalam Shariah, dan tidak disokong oleh aqal, sehingga jika ada dikalangan mereka yg jahil mengambilnya sebagai sebahagian dari shariah, kadangkala menjari sokongan dari yg lain, kadang kala ada yg mengakui dari mereka yg 'alim yg sebenarnya mempunyai penampilannya.

Maka kamu seharusnya tahu betapa bahaya bid'ah ini bukanlah satu tahap sahaja, bahkan ia mempunyai peringkat-peringkat. Ada diantaranya syirik dan kufur yg jelas (sarih), sebagaimana yg kamu akan lihat, dan sebahagiannya kurang dari itu, walau bagaimana pun, kamu mesti berjaga sekecil-kecil bid'ah yg seseorang itu bawa kedalam agama adalah haram setelah ia didedahkan sebagai bid'ah, sebagaimana tidak ada bid'ah yg makruh sahaja, sebagaimana beberapa orang yg berfikir, dan bagaimana ini boleh terjadi sedangkan Rasulullah saw bersabda :

كل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار
"Setiap bid'ah itu sesat. Dan setiap yg sesat akan ke neraka."

Itu kepada mereka yg melakukan. Dan Imam As-Syatibee telah menjelaskan dengan sepenuhnya perkara ini didalam buku pentingnya 'Al-I'tisaam', dan kerana bid'ah ini sesuatu yg merbahaya, dan kebanyakkan orang masih lalai dengannya, melainkan kebanyakkan kecil mereka yg ahli ilmu, dan cukup untuk membuktikan betapa serius bid'ah tersebut sebagaimana didalam sabda Nabi saw :

إن الله حجب التوبة عن كل صاحب بدعة، حتى يدع بدعته ـ رواه الطبراني والضياء المقدسي في الأحادث المختارة
"Sesungguhnya Allah tidak menerima Taubat kepada sesiapa yg melakukan bid'ah, sehingga ia meninggalkan bid'ah" Diriwayatkan oleh Tabrani . dan Ad-Diyaa Al-Maqdisi didalam 'Al-Hadith Al-Mukhtaarah' dan lain-lain , dengan Shahih Isnad, dan dijelaskan oleh Al-Munzari sebagai Hasan.

Dan saya mengakhiri dengan beberapa patah nasihat yg ingin saya sampaikan kepada pembaca dari Imam Besar dan Ulama' Islam terawal, Sheikh Hasan bin Ali Al-Barbaharee, salah seorang dari pengikut Imam Ahmad, yg meninggal pd tahun 329 hijrah, berkata Rahimullahu ta'ala:

"Dan awas dengan sekecil-kecil perkara yg diadakan, sebagaimana bid'ah kecil hasil dari dilakukan berulang kali sehingga menjadi bid'ah yg besar, dan didalam perjalanan itu setiap bid'ah diperkenalkan kepada Ummah bermula dengan bid'ah kecil - berupa seperti sesuatu perkara yg benar dan ianya jatuh kedalamnya, sehingga ia tidak mampu meninggalkannya, ada diantaranya membesar dan menjadi sebahagian dari agama, diamalkan sedemikian. Maka lihatlah dengan rahmat Allah, setiap apa yg orang dizaman kamu berkata dan jangan menerimanya sehingga kamu bertanya dan menyelidikinya: Apakah terdapatnya sahabat atau ulama' bercakap mengenainya, maka jika kamu jumpa riwayat dari mereka, maka terimalah dan jangan tinggal ia untuk sesuatu, dan jangan mendahulukan apa-apa, dan jangan dahulukan apa-apa keatasnya dan sehingga jatuh kepada api neraka."

Dan kamu harus tahu, moga-moga Rahmat Alah terhadapmu, bahawa tidak sempurna islam hambanya sehingga mengikut (dgn dalil), membenarkan dan menyerah (kepada kebenaran). Maka barang siapa yg mendakwa bahawa apa-apa yg tinggal dalam Islam yg mana shabat Rasulullah tidak menerangkan sepenuhnya kepada kami, maka dia telah mencipta satu penipuan terhadap mereka, sesat dan menyesatkan, mengadakan sesuatu didalam Islam apa yg bukan miliknya.
Semoga Rahmat Allah keatas Imam Malik yg berkata :


لا يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به اولها، فما لم يكن يومئذ دينا، لايكون اليوم دينا
"Tidak akan betul ini umat melainkan dibetulkan pada permulaannya, maka tidak ia sebahagian dari agama, tidak [terdapat] ia didalam agama hari ini"

Dan Nabi saw berkata :

ما تركت شيئا يقربكم إلى الله إلا وقد أمرتكم به، وما تركت شيئا يبعدكم عن الله ويقربكم إلى النار، إلا نهيتكم عنه
"Saya tidak meninggalkan apa-apa yg boleh membawa kamu hampir kepada Allah, melainkan saya telah perintahkan kamu dengannya. Dan saya tidak meninggalkan apa-apa yg boleh menjauhkan kamu dari Allah dan membawa kamu ke Api neraka melainkan apa yg dilarangkan keatas kamu"

Semua pujian kepada Allah yg mana ni'matnya kebaikannya telah sempurna.

---------------
Rujukan:

1. Sheikh Ali Mahfuz. Al Ibda fi Madharil Ibtida'. Kaherah : Darul I'tisham Al-Azhar.
(cetakan ke 3).

2. Usul ke 11 - Syahid Hasan Al-Bana. http://www.geocities.com/Athens/Delphi/6035/bidaah1.html

3. Mohd Radzi Othman dan O.K. Rahmat. Gerakan Pembaharuan Islam.
http://www.lib.usm.my/press/Moro/MORO1h.html
Pulau Pinang : Universiti Sains Malaysia.

4. Sheikh Nasyiruddin Al-Albani. Hujatun Nabi saw kama rawaaha Jaabir r.a.
Beirut : Maktab Al-Islami, 1985. (cetakan ke 7)

Saturday, December 10, 2005

Fatwa al- Quradhawi: Tiada Bidaah Hasanah

Apakah ada di dalam urusan agama apa yang dinamakan sebagai bidaah hasanah? Persoalan ini cuba dikupas oleh Sdr. Zain y.s dalam laman web alahkam. com. Menarik tulisan ini kerana penulis juga merujuk fatwa ulama terkenal masa kini, Syeikh Yusof al- Qaradhawi yang dirujuk kepada Sumber: Islamonline.net. Kami kongsikan tulisan tersebut dengan pembaca. - Editor.

Sering dikatakan bahawa membukukan al-Quran dan al-Hadis itu sebagai bidaah hasanah. Bila Nabi yang mulia s.a.w. menyatakan “Sesungguhnya setiap bidaah itu saiyi'ah/keji”, maka apakah mungkin ada bidaah lain dari bidaah yang keji. Apakah ada apa yang dinamakan sebagai bidaah hasanah.

Dalam suatu perkara, apabila ada di sana dalil yang boleh disandarkan, sama ada secara umum atau secara khusus apakah perkara itu kita masih lagi mahu menamakannya sebagai bidaah... tetapi bidaah hasanah.

Apabila membukukan hadis itu ada petunjuk dari syarak secara umum, maka mengapa kita menamakannya sebagai bidaah, tetapi hasanah. Bila kerja-kerja menyusun ilmu usul fikah yang tidak ada pada zaman nabi s.a.w. dilakukan tetapi ada petunjuk dari syariat yang menganjurkan apakah dapat kita katakan ia sebagai bidaah.

Semua itu bukan bidaah, sama ada hasanah atau wajibah atau mandubah (sunat) atau apa sahaja. Ia bukanlah perkara yang direka-reka dalam hal agama, tetapi ia memang ada di dalam agama.

Mengatakan sesuatu yang memang ada petunjuknya di dalam agama sebagai bidaah baik dikatakan sebagai hasanah atau apa sahaja adalah suatu perkara yang ganjil dan pelik. Kerana bidaah dan tidak bidaah adalah dua perkara yang saling bertolak ke belakang.

Saling bertentangan yang tak mungkin bersatu. Apabila ia memang sesuatu yang direka-reka dalam agama, maka ia adalah bidaah. Bidaah hanya satu.. dholalah. Apabila ada petunjuknya maka ia adalah bukan bidaah.

Berikut ini adalah fatwa Syeikh Yusof al-Qaradhawi berkaitan dengan bidaah dan komentarnya mengenai pembahagian bidaah. Juga penjelasan di sekitar maksud sebahagian ulama membahagikan bidaah kepada beberapa macam.

Soal: Apakah dia pembahagian bidaah? Adakah benar di sana terdapat bidaah hasanah (baik) dan bidaah saiyi'ah (keji)?

Jawab: Berlaku pertentangan pendapat antara kalangan ulama tentang pembahagian bidaah. Sebahagian mereka membahagikannya kepada bidaah hasanah dan bidaah saiyi'ah. Sebahagiannya pula menjadikan bidaah kepada lima bahagian seperti hukum syar'i. Semua pembahagian ini tidak ada asalnya. Kerana hadis s.a.w. menyatakan: “Setiap bidaah itu dhalalah.” Ia adalah sesuatu yang diada-adakan yang tidak berada di bawah mana-mana asal atau sumber dari sumber-sumber tasyri' (pensyariatan) atau ia bukanlah perkara yang ada dalilnya dari mana-mana dalil hukum.

Monday, November 28, 2005

Perbahasan Mengenai Dasar Perkara-perkara yang Membatalkan Solat

Karya


Perbahasan Mengenai Dasar Perkara-perkara yang Membatalkan Solat

Sebelum dilanjutkan perbahasan tentang perkara-perkara yang membatalkan solat, adalah baik kalau kita fahamkan lebih dahulu asal usul perkara-perkara yang dikatakan boleh membatalkan solat.
Sebenarnya apabila diteliti perkara-perkara yang membatalkan solat, kita akan dapati bahawa ada antara perkara-perkara tersebut, memang ada nas yang jelas daripada Rasulullah saw dan banyak juga perkara-perkara dikatakan membatalkan solat, merupakan penetapan berdasarkan Ijtihad atau pandangan para ulama.

Antara perkara-perkara membatalkan solat yang bersumber daripada Rasulullah saw adalah seperti berikut:
Dari Zaid bin Arqam katanya:
"Dulu kami biasa berbicara di saat sedang solat. Seseorang di antara kami bercakap dengan teman yang lain yang berada di sebelahnya hingga turun ayat:

"Berdirilah untuk Allah dengan khusyuk" (Quran Al-Baqaroh: 238) Maka semenjak itu kami diperintahkan agar diam dan tidak bercakap-cakap."
(R Al-Jama'ah)

Dari Abu Huroiroh ra katanya:
Seorang lelaki bernama Khalid bin Rabi' telah masuk ke dalam masjid lalu solat. Setelah selesai, Baginda menjawab salamnya lalu bersabda: Kembali dan solatlah, kerana sebenarnya engkau belum solat lagi." Maka orang itupun kembali dan hal itu dilakukan sampai 3 kali, hingga akhirnya Khallad berkata:

"Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat melakukan yang lebih baik dari ini, oleh itu ajarkan aku"
Maka Baginda bersabda:
"Jika kamu berdiri solat, bertakbirlah, lalu bacalah ayat Al-Quran yang mudah bagimu, kemudian rukuklah dengan thumakninah, lalu bangkitlah hingga engkau duduk dengan thumakninah pula, kemudian sujud lagi juga dengan thumakninah. Dan lakukanlah cara itu dalam semua solatmu."
(Hadis Riwayat Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Selain dari riwayat-riwayat ini, memang tidak ada dalil-dalil dari Al-Quran ataupun hadis Nabi saw yang jelas menentukan apa-apa yang membatalkan solat. Kebanyakkan perkara-perkara yang membatalkan solat ditentukan oleh para ulama kita melalui Ijtihad atau pandangan dan pendapat semata-mata. Oleh sebab itu, ada kalanya ulama-ulama mempunyai pandangan yang berbeza-beza tentang apa yang membatalkan solat.

Sheikh Wahbad Az-Zuhaily dalam kitabnya Al-Fiqhul Islamy wa Adillatuh bab telah memberikan fakta-fakta berikut sebagai menyatakan perkara-perkara yang membatalkan solat:

Bagi Mazhab Hanafi dikatakan ada 68 perkara yang membatalkan solat

Bagi Mazhab Maliki dikatakn ada 30 perkara yang membatalkan solat

Bagi Mazhab Syafii dikatakan ada 27 perkara yang membatalkan solat

Bagi Mahzab Hambali dikatakan ada 36 perkara yang membatalkan solat

Hukum Mentaati Ulama

Persoalan sering membingungkan masyarakat umum adalah, apakah sesuatu perkara yang ditetapkan oleh seorang ulama, setanding dengan apa yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya, sehingga tidak mematuhinya akan menyebabkan kita berdosa?

Pada dasarnya, seorang ulama tidak akan menetapkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah atau RasulNya. Cuma apabila mereka tidak mendapati sesuatu nas yang jelas, maka mereka akan datangkan pandangan dan pendapat mereka. Hal yang sebenarnya adalah, kita digalakkan untuk menerima pandangan dan pendapat mana-mana ulama, tetapi tidalah sampai kepada hukum wajib dan mesti menerimanya, sehingga kalau tidak menerima pandangan mereka akan menyebabkan kita berdosa.

Begitu juga masalah menolak pandangan ulama. Adalah tidak digalakkan bagi seorang yang jahil untuk menolak pandangan dari seorang tokoh ulama, namun tidaklah penolakkan pandangan tersebut sampai menjadi haram dan berdosa.

Kesimpulannya, hanya penetapan Allah dan penetapan RasulNya yang wajib kite terima dan menolaknya akan menyebabkan seseorang itu berdosa bahkan boleh sampai kepada peringkat kufur. Apabila seorang ulama itu secara terang-terangan menggunakan pandangan dan pendapatnya, kerana tidak ada dalil dari Al-Quran ataupun hadis Nabi saw, maka menerima atau menolak pandangan tersebut bukanlah sesuatu yang boleh membawa kepada dosa dan kufur. Kalaulah pandangan ulama itu wajib diterima, maka antara ulama A dan ulama B yang berbeza pendapat dan pandangan, ulama yang manakah yang wajib dan mesti diterima? Sama sahaja. Hari ini, kita mempunyai ramai asatizah yang berbeza-beza pandangan dan pendapat mereka dalam menyampaikan ajaran mereka. Jadi ustaz atau ustazah manakah yang mesti kita pakai pandangannya?

Firman Allah swt :

اطيعواالله و اطيعواالرسول واو لى الامرمنكم
"Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan juga para pemimpin kamu."

Para ulama sependapat, apabila diperhatikan, arahan mentaati perintah Allah dan perintah Rasulnya diawali dengan perkataan "Taatlah", sedangkan arahan mematuhi para pemimpin pula tidak diawali dengan perkataan "taatlah". Ini menunjukkan perintah Allah dan perintah RasulNya tidak boleh , wajib ditaati, sementara perintah dan suruhan oleh para pemimpin tidak kira pemimpin agama atau pemimpin masyarakat ada yang boleh diikuti dan ada yang boleh ditolak. Ini kerana perintah mentaati Allah dan RasulnNya adalah mutlaq. Mutlaq di sini maksudnya, tidak ada pilihan.

Oleh itu, penting bagi setiap individu muslim mengetahui dan mengenal pasti setiap yang dipelajari itu sama ada ia merupakan hukum Allah, hukum RasulNya atau hukum yang ditentukan oleh ulama. Sperti yang telah dijelaskan, hukum Allah dan RasukNya tidak boleh ditolak, hukum yang ditentukan oleh ulama pula boleh diterima dan boleh ditolak. Walau bagaimanapun, setiap pandangan dari seorang ulama kalau ditolak sekalipun, hendaklah dihormati, jangan sampai dicemuh, dikeji dan difitnah sebagai salah dan tidak betul, kerana tidak akan berbuat demikian melainkan seorang yang sangat jahil.

Pada masa yang sama, ingin ditekankan di sini, apabila majoriti ulama mempunyai pandangan dan pendapat yang sama tentang sesuatu perkra walaupun tidak ada nas Al-Quran dan Hadis sekalipun, maka yang demikian itu dinamakan sebagai Ijma dan hukum mematuhi Ijam adalah wajib.

Oleh itu, selain dari apa yang telah ditetapkan oleh nas hadis, perkara-perkara membatalkan solat yang telah ditetapkan melalui pandangan dan pendapat ulama secara umumnya adalah:
1) Makan
2) Minum
3) Bercakap-cakap
4) Berdehem tanpa uzur
5) Banyak bergerak
6) Meninggalkan salah satu rukun
7) Tertawa
8) Menyanyi
9) Memberi salam dengan sengaja
10) Berpaling dari arah qiblat
11) Terbuka aurat
12) Murtad
13) Mendahului imam
14) Berhimpitan antara lelaki dan wanita

Ketahuilah, antara perkara-perkara yang telah ditetapkan oleh ulama sebagai membatalkan solat adalah Banyak Bergerak. Cuma setiap ulama mempunyai ukuran berbeza-beza tentang kadar pergerakan yang boleh membatalkan solat. Tetapi, semuanya setuju apabila pergerakan itu tidak ada kaitannya dengan solat seperti menjahit, memasak, mencuci atau sebagainya, maka ia membatalkan solat. Tetapi apabila pergerakan-pergerakan itu merupakan pergerakan yang diperlukan dan tidak dapat dielakkan, maka pergerakan itu tidak membatalkan solat walau sebanyak mana sekalipun. seperti yang dinyatakan oleh Imam Asyaukani dalam kitabnya, Nailur Awthor dan Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Al-Mughni.

Seperti yang telah dijelaskan, pandangan dan pendapat ulam-ulama dinamakan sebagai Ijtihad. Ijtihad semua ulama adalah benar dan baik. Namun Ijtihad bukan merupakan sesuatu yang tetap dan tidak boleh berubah dan diubah. Yang tidak boleh berubah dan diubah adalah apa yang ditetapkan melalui nas Al-Quran dan Al-Hadis. Setiap ulama mendatangkan Ijtihad mereka berdasarkan zaman dan keadaan. Itulah sebabnya kalau kita perhatikan Imam Syafii, beliau ada dua jenis Ijtihad; Qaul Qadim dan Qaul Jadid. Qaul Qadim adalah Ijtihadnya yang perlu dibuat di zaman lampau lantas akhirnya diubah oleh Imam Syafii rh, dengan Qaul Jadid, iaitu Ijtihadnya yang baru. (Kesimpulan dari Kitab Atsarul Ikhtilaf)

Bukankah suatu sikap yang bijak bagi seseorang yang bermahzab Syafii berpegang kepada Ijtihad Imam Syafii yang lama (Qaul Qadim), padahal telah ada qaulnya yang lebih muktamad. Ini semua menunjuakkan bahawa, pandangan ulama yang berdasarkan Ijtihadnya boleh diubah. Satu contoh Ijtihad.

Di Singapura suatu ketika dahulu, para ulamanya telah mengharamkan pendermaan organ dan organ yang menjadi bahan perbahasan ketika itu ialah ginjal. Ijtihad sedemikian dibuat setelah mengambil kira keadaan ketika itu yang belum banyak kepakaran untuk melakukan permindahan organ dengan selamat. Tetapi sekarang, para ulama yang terkemudian telah membolehkan pendermaan organ kerana Singapura kini mempunyai ramai pakar untuk menjamin keselamatan dalam urusan pemindahan organ manusia.

Kesimpulannya, yang ingin kita fahamkan adalah, apa yang ditetapkan melalui hukum Syarak tidak boleh diubah walau dalam apa jua keadaannya, sementara apa yang ditetapkan melalui Ijtihad boleh diubah mengikut keperluan zama dan keadaan. Apabila terlalu banyak perbezaan dalam pandangan dan pendapat, maka adalah tidak salah jika kembali kepada mematuhi Allah dan RasulNya sahaja. Langkah sedemikian adalah berdasarkan tunjuk ajar Allah swt.
Firman Allah swt:
فإن تنزعتم في شىء فردوه إلى الله والرسول
" Maka apabila kamu bertikai tentang sesuatu perkara, maka kembalilah kepada Allah dan RasulNya." (Quran: An-Nisa: 59)


Di taip satu persatu dr Suhana...
(penat woiii...jari cramp)

Saturday, November 26, 2005

Suamiku

Karya
Ya Allah..
kurniakanlah aku pasangan yg beriman
semaikanlah cinta dlm bahtera
melebarkan sayap ilmu didada

Ya Allah
kutemui jua permata bernilai
ku jaga umpama butir belian
namun tak daya diri ini
melawan takdir tetapanMu

Ya Allah
andainya aku bisa merasainya
Kau ubahkanlah kesakitannya
biarlah aku yg menangunggnya
berat hatiku memandang
berat mataku melihat
namun apalah dayaku
hanya sebagai seorang suami
yang mendoakan isteri
agar dikurangkan kesakitan

Ya Allah
tabahkanlah hatiku jua hatinya
agar kami tetap bersama
dalam melayar bahtera
hingga ke taman SyurgaMu

Amin ya Robbal 'Alamin


Dia suamiku yg sentiasa doa utk ku,
Suami yg menjaga aku dan hatiku dan maruahku,
Menjadi pembimbing agama kpd keluargaku.
Pertemukanlah aku dgn suami sepertinya.......

Monday, November 21, 2005

catatan bagiku...

Janganlah engkau cemas tentang rezekimu, krn pencariannya kpdmu lbh kuat drpd engkau mencarinya. Apabila kamu telah memperolehi rezeki untuk hari esok, sebagaimana engkau tidak lagi merisaukan hari kelmarin yang sudah berlalu. Sedangkan hari esok, apakah engkau tahu sama ada ia akan sampai kpdmu atau tidak?

Wahai hamba Allah, Aku melihat, bhw kamu hanya sedikit sekali mengenal Allah dan rasulNya. Sedikit sekali mengenal kekasih Alah dan pewaris para nabiNya utk manusia. Kamu ialah manusia yg kosong dprd pengertian, tidak ubahnya bagaikan sebuah sangkar tanpa burung, atau bagaikan pepohon kering yg daunnya berguguran.

Semaraknya hati seorg hamba adalah dgn Islam, kemudian dgn meyakini hakikat dan kewujudan Islam itu. Iaitu penyerahan jiwa raga secara menyeluruh . Serahkanlah dirimu kpd Allah yg Haq. Maka dia akan menyelamatkan engkau, menyelamatkan nafsu engkau dan dirimu sendiri. Keluarlah engaku dr hatimu dan drpd semua makhluk, khususnya manusia. Kemudian menetaplah kamu di hadapan Yang Maha Haq dgn bertelanjang drpd dirimu dan drpd segala insan. Jika Al-Haq menghendaki, maka Dia akan memberimu pakaian dan mengembalikan engkau kpd makhluk manusia. Krn itu ikutlah perintahNya kpdmu dan kpd semua makhluk, disertai dgn sikap reda kpd rasul yg sudah diutusNya.

Hai org yg bodoh! Apakah yg engkau miliki dan utk apakah semuanya itu? Engkau hanyalah seorg hamba nafsu, hamba dunia dan hamba makhluk. Engkau hanyalah hamba manusia, engkau bersekutu dgn mereka. Krn engkau berpendapat, bhw akan ada manfaat dan mudarat yg dtg dprd mereka.

Wahai kaum ku....malulah engkau kpd Allah dgn sebenar-benar malu. Jgnlah kamu melalaikan masa-masamu. Jgnlah kamu mensia-siakannya. Jgnlah kamu menyibukkan dirimu dgn mengumpulkan sst yg tidak akan dpt engkau makan, mengagan-agankan sst yg tidak mungkin dpt engkau capai, membangun sst yg tidak mungkin engkau diami. Krn semuanya itu akan menghalangimu drpd makan Tuhanmu.

Ingatan kpd Allah selalu terhujam di dlm hati org yg arif. Sehingga mereka lupa akan segala sst yg pernah diigatinya sebelum itu. Apabila hal itu kamu dpt laksanakan dgn sempurna, maka syurgalah tempat tinggalmu, iaitu syurga yg dipilih dan syurga yg dijanjikan. Syurga yg dipilih di dunia ialah redho kpd qodho' Allah, dekat hati kpd Allah, bermunajat kpdNya, menyikap tabir yg ada di antaranya dgn Allah. Ini akan menjadikan pemilikhati itu sbg berteman dgn teman Allah di dlm kesunyiannya, tanpa perincian dan tanpa perumpamaan. Ada pun yg dijanjikan oleh Allah Ta'ala kpd org yg beriman dan melihat Zat Allah yg Maha Agung, tanpa hijab.Tidak disangsikan lagi bhw semua keburukan itu berada di sisi makhluk.


Kebaikan adalah dlm menghadap kpdNya sdgkan keburukan adalah berpaling drpdNya. Setiap amalan yg kamu hrpkan ganjarannya, maka ia adalah milikmu. Manakala semua amal yg kamu lakukan demi Allah dan utk Allah, maka amal itu adalah utkNya. Apabila engkau beramal dgn mengharapkan imbalannya, maka balasan utkmu ada kpd makhluk, dan apabila kamu beramal krn Zatnya, maka batasan utkmu ialah kedekatanmu kpdNya dan melihatNya.

Saturday, November 19, 2005

jus for my reference abt solat

ni ambek dr internet.. agak bagus..ana ade buang sikit lah..sbb ade ana dah tau. so..jus for my reference...


Mengangkat takbir - ada 3 cara mengangkat takbir : (utk kaum hawa)

i. Dgn meletakkan kedua2 ibu jari di bawah cuping telinga
ii. Dgn meletakkan kedua2 jari telunjuk di bawah cuping telinga.
iii. Mengangkat kedua2 tgn sehingga ke paras dada
bukan telinga).


Perlu diingatkan, kedua2 lengan hendaklah dirapatkan ke badan. Menurut penceramah, syaitan2 yg berupa kambing hitam gemar bergayut2 dicelah lengan(bawah ketiak) utk mengganggu solat kita, oleh itu sekiranya kedua2 lengan dirapatkan, tiada ruang untuk mereka.

Sujud - sujud dari segi istilah ialah "penyerahan diri yang tertinggi". Tertib sujud ialah dgn meletakkan kedua2 lutut ke lantai, baru diikuti tapak tgn dan seterusnya dahi. Kedua2 tgn dirapatkan di bahagian bawah sedikit dari ibu jari, di mana ada sedikit ruang terbuka di antara kedua2-dua tangan dan di situlah dahi diletakkan. Jgn sujud terlalu jauh ke hadapana kerana dikhuatiri akan melebihi lebih dari anggota sujud yg 7 iaitu dahi, kedua tapak tangan, kedua lutut and kedua belah kaki (setakat jari sahaja). Ibu jari kaki dilentur sedikit agar menghala ke kiblat.
Duduk antara 2 sujud - ada 2 cara :

i. Papan punggung diletakkan di atas kedua2 kaki
ii. Papan punggung lebih diberatkan atas kaki kiri dan kaki kanan dilentur agar ibu jari menghadap kiblat.

yg ni kdg2 lelaki pun ada yg tak perasan. Jari hendaklah tegak sbg memenuhi syarat tapak kaki sujud krn ia termasuk 7 anggota sujud.

Tahiyyat - mengangkat telunjuk pada ketika menyebut "....illallahh..." ( "laa ilaa ha ILLALLAH") Jari telunjuk itu jangan diturunkan sehingga memberi salam.

Hal ini tidak ditemukan dalil pelaksanaannya.

Yg tepat :

Abd Allah bin Jubair radiallahu ‘anhu berkata:

Bahawasanya Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, adalah beliau ketika berdoa (tasyahud), beliau mengisyaratkan dengan jarinya dan tidak mengerak-gerakkannya.

[Hadith Sahih : Riwayat Abu 'Uwanah, Abu Daud, an-Nasa'ie dan Baihaqi]

Wail bin Hujur radiallahu ‘anhu berkata: “Aku akan tunjukkan cara solat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.” (Seterusnya beliau menerangkan):

Ketika duduk (tasyahud), beliau duduk di atas kaki kirinya sambil meletakkan tangan telapak tangan kirinya di atas paha dan lutut kirinya. Kemudian baginda mengangkat sedikit siku kanannya di atas paha kanannya. Kemudian baginda melipatkan dua jari (jari kelingking dan jari manisnya) dengan ibu jarinya dan membentuk satu lingkaran (dengan jari tengah). Kemudian baginda mengangkat jarinya (telunjuk) dan aku melihat beliau menggerak-gerakkannya dan baginda berdoa dengannya.

[Hadith Sahih : Riwayat Ahmad, ad-Darimi]

==================

Kesimpulan :

Secara ringkas sy nyatakan, ada 2 cara yg tepat sbgmana yg disebut oleh HADITH.

1. Menggerakkan jari telunjuk dari awal tahiyyat hingga salam.

>> Menurut Syeikh Albani, gerakan jari adalah atas ke bawah. Fiqh Maliki menyebut ke kiri dan ke kanan.

2. Mengangkat jari telunjuk dari awal tahiyat hingga ke akhir.

Terpulang utk memilih antara keduanya. Keduanya tepat kerana berdasarkan sunnah.

Manakala mengangkat jari sewaktu bacaan "illaLlah" itu setakat ini tidak lah lagi dpt diketemukan dalil pelaksanaannya. Maka sbg mencintai sunnah, lebih molek kiranya kita melakukan sesuatu sesuai sbgmana petunjuk RasuluLlah SAW itu sndiri.

yg psl mengangkat jari telunjuk ni kan..ana sendiri tk paham..kene lah research sendiri...sementara ni abaikan dahulu.

Salam - tidak perlu ditundukkan muka sebelum memberi salam. Menoleh sejauh mungkin sehingga 180 darjah ke belakang kerana malaikat ramai di sekeliling kita. Begitu juga ketika menoleh ke kiri. Tidak salah jika bahu dialihkan sedikit bagi memboleh kita menoleh sehingga 180 darjah. Semasa menoleh ke kanan, alihkan sedikit bahu kiri dan sebaliknya.

Betul.Ramai di kalangan kita akan tunduk terlebih dahulu sblm salam pertama. Sedangkan hal ini juga tidaklah ada dlm riwayat yg sahih.

Berdoa sesudah solat - seelok2 duduk ialah dengan melapikkan papan punggung dengan kedua-dua kaki. Tangan diangkat separas dada dan berdoalah dalam keadaan tunduk sedikit kerana sekiranya kita berdoa dgn tangan yang tinggi dan mendongak ke langit, itu melambangkan sifat bongkak. Ingatlah, kita sedang menghadap yg Esa.

Yg afdhal adalah berdoa SEBELUM salam.Iaitu selepas habis bacaan tahiyyat, dan sblm memberikan salam.Kalau kita tengok org lepas solat terus bangun tanpa tadah tangan utk berdoa, kita jgn la awal2 dok kata kat dia : eeeh dia ni, ssolat tp x baca doa .. !
RasuluLlah sndiri dlm beberapa riwayat yg thabit menyebut nabi duduk seketika selepas solat, dan kemudian terus bangun tanpa doa.

Kain digunakan tuk solat.Antaranya:

1) Tidak jarang. Rata2 kain telekung masa kini adalah jarang.
Sekiranya kita memakai kain yg jarang dan dapat dilihat tengkuk dan warna kulit, maka solat kita tidak sah. Seelok-eloknya carilah kain telekung yang tidak jarang (antara caranya ialah dengan menggunakan 2 lapis kain).

Ataupun, pakailah anak telekung atau tudung labuh di dlm dan pastikan sewaktu di rumah, apabila kita solat cuma dgn berbaju sleeveless di dalam telekung, pastikan bahu dan tgn tidak kelihatan warna kulit jika diamati dari luar telekung.

2) Kadang2 sewaktu musafir, ada muslimah yg malas membawa kain solat, sekadar membawa telekung shj
Apabila tiba waktu solat, cuma kain di badan shj digunakan dan bagi menutupi kaki, kita memakai stokin. Cara ini memang tidak salah, tapi pastikan stoking yg dipakai tidak jarang. Ingatlah sewaktu kita sujud, kain stokin itu akan menegang (stretch) dan manalah tahu, terdedah aurat kita ketika itu lalu tidak sahlah solat. Sebaik2nya pakai stokin yg tebal ataupun jika tiada, pakai 2 lapis.

3) Ada kain telekung yg indah bersulam dan berkerawang. Ada yang berlubang-lubang sehingga di belakang telekung. Adakalanya, bagi mereka yang rambut panjang, jika tidak ditutup betul-betul dengan serkup/anak telekung, rambut2 ini akan terkeluar2 di celah2 kerawang telekung. Oleh itu, berhati2lah. Sama2lah kita berusaha memperbaiki solat kita kerana ia adalah tiang agama.

Pertama sekali yg akan dihisab di akhirat kelak ialah solat kita. Solat yg baik akan melahirkan peribadi yg baik. Saya akui, terasa agak berat.

Thursday, November 17, 2005

Bermesraan Ala Rasulullah


Bermesraan Ala Rasulullah

Bermesraan, itulah yang membuat hubungan
suami-isteri terasa indah dan nikmat. Caranya?

Dalam berkomunikasi, ada dua jenis lambang
yang boleh dipergunakan, iaitu lambang verbal dan
lambang non verbal. Menurut penelitian Profesor
Birdwhistell, maka nilai aktiviti lambang verbal
dibanding non-verbal adalah 35:65. Jadi, justru
lambang non verbal yang lebih efektif dalam
menyampaikan pesan.

Bermesraan, adalah kelakuan suami isteri untuk
menunjukkan saling kasih sayang dalam bentuk
verbal. Sentuhan tangan dan gerak tubuh lainnya,
adalah termasuk lambang non- verbal ketika suami
berkomunikasi dengan isterinya. Komunikasi
verbal semata belumlah efektif jika belum disertai
oleh komunikasi non- verbal, dalam bentuk
kemesraan tersebut.

Rasulullah saw pun merasakan pentingnya
bermesraan dengan isteri, sehingga beliau pun
mempraktikkannya untuk menghias hari-hari
dalam keluarganya, yang tecermin seperti dalam
hadis-hadis berikut:

1. Tidur dalam satu selimut bersama istri

Dari Atha' bin Yasar: "Sesungguhnya Rasulullah
saw dan 'Aisyah ra biasa mandi bersama dalam
satu bejana. Ketika beliau sedang berada dalam
satu selimut dengan 'Aisyah, tiba-tiba 'Aisyah
bangkit. Beliau kemudian bertanya, 'Mengapa
engkau bangkit?' Jawabnya, 'Karena saya haid,
wahai Rasulullah.' Sabdanya, 'Kalau begitu,
pergilah, lalu berkainlah dan dekatlah kembali
kepadaku.' Aku pun masuk, lalu berselimut
bersama beliau." (HR Sa'id bin Manshur)

2. Memberi wangi-wangian pada auratnya

'Aisyah berkata, "Sesungguhnya Nabi saw apabila
meminyaki badannya, beliau memulai dari
auratnya dan mengolesinya dengan nurah (sejenis
bedak pewangi), dan isterinya meminyaki
bahagian lain seluruh tubuhnya. (HR Ibnu Majah)

3. Mandi bersama istri

Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Aku biasa mandi
bersama dengan Nabi saw dengan satu bejana.
Kami biasa bersama-sama memasukkan tangan
kami (ke dalam bejana)." (HR 'Abdurrazaq dan
Ibnu Abu Syaibah)

4. Disisir istri

Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Saya biasa menyisir
rambut Rasulullah saw, saat itu saya sedang haid".
(HR Ahmad)

5. Meminta istri meminyaki badannya

Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Saya meminyaki
badan Rasulullah saw pada hari raya 'Idul Adh-ha
setelah beliau melakukan jumrah 'aqabah." (HR
Ibnu 'Asakir)

6. Minum bergantian pada tempat yang sama

Dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Saya biasa minum
dari cawan yang sama ketika haid, lalu Nabi
mengambil cawan tersebut dan meletakkan
mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya,
lalu beliau minum, kemudian saya mengambil
cawan, lalu saya menghirup isinya, kemudian
beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau
meletakkan mulutnya pada tempat saya
meletakkan mulut saya, lalu beliau pun
menghirupnya." (HR 'Abdurrazaq dan Sa'id bin
Manshur)

7. Membelai isteri

"Adalah Rasulullah saw tidaklah setiap hari
melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua
(isterinya) seorang demi seorang. Beliau
menghampiri dan membelai kami dengan tidak
mencampuri hingga beliau singgah ke tempat isteri
yang beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di
tempatnya." (HR Ahmad)

8. Mencium isteri

Dari 'Aisyah ra, bahwa Nabi saw biasa mencium
isterinya setelah wudhu', kemudian beliau shalat
dan tidak mengulangi wudhu'nya."(HR 'Abdurrazaq)

Dari Hafshah, putri 'Umar ra, "Sesungguhnya
Rasulullah saw biasa mencium isterinya sekalipun
sedang puasa." (HR Ahmad)

9. Tiduran di Pangkuan Isteri

Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Nabi saw biasa
meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun
aku sedang haid, kemudian beliau membaca al-
Qur'an." (HR 'Abdurrazaq)

10. Memanggil dengan kata-kata mesra

Rasulullah saw biasa memanggil Aisyah dengan
beberapa nama panggilan yang disukainya,
seperti 'Aisy, dan Humaira (pipi merah delima).

11. Mendinginkan kemarahan isteri dengan mesra

Nabi saw biasa memicit hidung 'Aisyah jika ia
marah dan beliau berkata, "Wahai 'Uwaisy,
bacalah do'a: 'Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad,
ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan
hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang
menyesatkan." (HR Ibnu Sunni)

12. Membersihkan titisan darah haid isteri

Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Aku pernah tidur
bersama Rasulullah saw di atas satu tikar ketika
aku sedang haid. Bila darahku menitis ke tikar itu,
beliau mencucinya di bagian yang terkena titisan
darah dan beliau tidak berpindah dari tempat itu,
kemudian beliau shalat di tempat itu pula, lalu
beliau berbaring kembali di sisiku. Bila darahku
menitis lagi ke tikar itu, beliau mencuci di
bahagian yang terkena darah itu saja dan tidak
berpindah dari tempat itu, kemudia beliau pun
shalat di atas tikar itu." (HR Nasa'i)

13. Bermesraan walau isteri haid

Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Saya biasa mandi
bersama Rasulullah saw dengan satu bejana,
padahal kami sama-sama dalam keadaan junub.
Aku biasa menyisir rambut Rasulullah ketika
beliau menjalani i'tikaf di masjid dan saya sedang
haid. Beliau biasa menyuruh saya menggunakan
kain ketika saya sedang haid, lalu beliau
bermesraan dengan saya." (HR 'Abdurrazaq dan
Ibnu Abi Syaibah)

14. Memberikan hadiah

Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia
berkata, "Ketika Nabi saw menikah dengan Ummu
Salamah, beliau bersabda
kepadanya, 'Sesungguhnya aku pernah hendak
memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah
pakaian berenda dan beberapa botol minyak
kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja
Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira
hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu
memang dikembalikan kepadaku, aku akan
memberikannya kepadamu."

Ia (Ummu Kultsum) berkata, "Ternyata keadaan
Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah
saw, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada
beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-
masing isterinya satu botol minyak kasturi,
sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut
beliau berikan kepada Ummu Salamah." (HR
Ahmad)

15. Segera menemui isteri jika tergoda

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat
wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu
beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu
keluar dan bersabda, "Wanita, kalau menghadap,
ia menghadap dalam rupa setan.Bila seseorang di
antara kamu melihat seorang wanita yang
menarik, hendaklah ia datangi isterinya, kerana
pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang
ada pada wanita itu." (HR Tirmidzi)

Begitu indahnya kemesraan Rasulullah saw
kepada para isterinya, memberikan gambaran
betapa Islam sangat mementingkan komunikasi
non verbal ini, kerana bahasa tubuh ini akan lebih
efektif menyatakan cinta dan kasih sayang antara
suami isteri.

Tuesday, November 15, 2005

Usia Khadijah semasa berkahwin dgn Nabi 40 thn ?

Usia Khadijah semasa berkahwin dgn Nabi 40 thn ?


Isu Utama :

Sejak kita kecil, kita diajar bahawa, Nabi Muhammad SAW berkahwin dengan Khadijah ra. sewaktu umur Baginda 25 tahun, manakala umur Khadijah ra adalah 40 tahun.

Tanpa byk bicara dan berfikir panjang, kita menerima cerita berkenaan, tambahan pula rata2 hampir sekalian buku2 sirah Nabi menyebutkan demikian.


Sy katakan : Riwayat di atas adalah DUSTA !

===========

Isu Yg Timbul :

Sebelum berkahwin dengan Nabi, Khadijah telah pun berkahwin sebanyak 2 kali.

Suami pertama Khadijah ra : Abu Halah Hind bin Banash bin Zararah.

Hasilnya mereka mendapat 2 anak, seorang lelaki dan seorang perempuan. Lelaki bernama Hind, dan yg perempuan bernama Halah.

Suami kedua Khadijah ra. : Atiq bin ‘Aid Makhzumi.

Hasilnya mereka mendapat seorang anak perempuan yg turut diberi nama Hind.

Jadi, anak Khadijah sebelum berkahwin dgn Nabi ada 3 : Hind (Lelaki), Halah dan Hind (perempuan).

Setelah berkahwin dengan Nabi SAW, mereka telah memperoleh 7 org anak pula iaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalthum, Fatimah r.a, Qasim, Tayyab dan Tahir.

Maka :

Dapat kita perhatikan, sebelum perkahwinan dengan Baginda SAW, di usia muda Khadijah ra, beliau telah melahirkan 3 org anak, tapi setelah perkahwinan dengan Nabi SAW, Khadijah telah mampu pula melahirkan 7 org anak.

Jadi :

Adakah logik kes sedemikian ? Menurut ilmu Sains Perubatan, seseorang perempuan itu dianggap telah melewati usia subur utk melahirkan anak apabila berumur 45 tahun. Tapi, dalam cerita di atas, dapat difahami bahawa Khadijah ra telah melahirkan anak seramai 7 org (sesetengah ulamak mengatakan 8) setelah usia 40 tahun ?!

============

Kesan Buruknya :

>> Pihak Orientalis akan memperbodoh2kan sejarah Islam dan menggunakan alasan di atas sbg salah satu "modal" utk menghentam Islam.

>> Ada juga yg mendakwa, RasuluLlah SAW hanya berkahwin dengan seorang "janda tua yg kaya" kerana ingin mendapat hartanya.

Masyarakat Kristian di Eropah dan Amerika, mempersendakan Islam dan Nabinya dengan menyindir : "Jika kamu tidak ingin papa, kahwinilah seorang janda kaya."

>> Syiah pula mendakwa bahawa Zainab, Ruqayyah dan Ummu Kalthum tidak dii'tiraf sbg anak Nabi SAW.

============

Jawapan kita :

Semua isu di atas tak timbul kerana kita katakan : Riwayat usia Khadijah ialah 40 tahun sewaktu berkahwin dengan Baginda SAW adalah DUSTA dan TIDAK BERASAS.

Hujah :

al-Hafiz Ibn Kathir menulis dlm al-Bidayah wa al-Nihayah:

"Baihaqi telah memetik daripada Hakim iaitu apabila Rasulullah mengahwini Khadijah r.a., baginda s.a.w. adalah berumur dua puluh lima tahun dan Saidatina Khadijah r.a. berumur tiga puluh lima tahun, dan ada pendapat lain mengatakan usianya dua puluh lima tahun."

Maksudnya : Kedua2 ulamak sbgmana yg dikatakan oleh Ibn Kathir di atas iaitu Imam Baihaqi dan Hakim menyebutkan bahawa usia Khadijah sewaktu berkahwin dengan RasuluLlah SAW adalah sama ada 35 atau 25 tahun, dan LANGSUNG tidak menyebut 40 tahun.

Ibnu Kathir menulis lagi dalam kitab yg sama berhubung usia Khadijah sewaktu kewafatannya :

"Usia Saidatina Khadijah mencapai 65 tahun. Satu pendapat mengatakan beliau meninggal pada usia 50 tahun. Dan pendapat ini (iaitu 50 tahun) adalah yang benar."

Dlm masa yg sama, sekalian ulamak hadith dan sejarawan Islam telah sepakat dan bersetuju mengatakan Khadijah ra telah hidup bersama Nabi SAW selama 25 tahun, dan beliau wafat pada tahun ke-10 kerasulan Baginda. Kita tahu bahawa Baginda SAW diangkat menjadi Rasul pada usianya 40 tahun, jadi Khadijah wafat adalah pada usia Nabi 50 tahun.

Kita ada 2 poin di sini :

[1] Ibn Kathir menyebut : Pendapat yg BENAR adalah Khadijah wafat ketika usianya 50 tahun.

[2] Kita juga tahu bahawa Khadijah ra hidup bersama Nabi selama 25 tahun.

Jadi : Usia Khadijah ra sewaktu berkahwin dengan Nabi SAW adalah 25 tahun.

Sebenarnya riwayat yg mengatakan usia Khadijah adalah 40 tahun sewaktu berkahwin dengan Nabi SAW adalah datangnya dari RIWAYAT SYIAH. Syiah mmg tidak pernah berasa tenteram dan selesa dengan Islam tulen, maka pelbagai cerita2 dongeng, dusta dan karut diserapkan secara perlahan2 ke dlm pemikiran sekalian umat Islam.

Tapi sebenarnya Syiah telah melakukan satu kesilapan yg cukup BODOH.

Mereka mendakwa Fatimah ra (isteri kepada Saidina Ali kw) dilahirkan setelah 5 tahun kerasulan Nabi SAW. Bermakna pada usia Nabi 45 tahun, iaitu sewaktu Khadijah sudah berumur 60 tahun !

Syiah perlu fikir 2 kali, dan datangkan bukti pada kita bagi membuktikan kebenaran dakwaan mereka itu.

Tapi bagi kita, kita dah pun awal2 lagi menolak dakwaan Khadijah berusia 40 tahun sewaktu berkahwin dengan Nabi SAW.

============

Di hadapan kita sekarang ada 2 fakta, satunya daripada Syiah yg telah jelas kita buktikan di atas mengandungi pelbagai kecelaruan yg tidak boleh diterima. Manakala kita juga ada satu lagi iaitu pendapat dari al-Hafiz Ibn Kathir, seorang ulamak Ahli Sunnah wal Jamaah yg faqih serta dianggap antara tokoh yg cukup hebat sama ada dlm pelbagai lapangan, dan beliau juga adalah salah seorang anak murid kepada Syeikhul Islam Ibn Taiymiyah rh. Juga pengarang kepada kitab tafsir yg cukup hebat - Tafseer Ibn Kathir.

Jadi, antara riwayat Syiah, serta riwayat dari Ibn Kathir, mana satu yg kita ingin utamakan ?

============

Kesimpulan :

[1] Jelas, bahawa usia Khadijah ra sewaktu mengahwin RasuluLlah SAW adalah 25 tahun, iaitu usia yg sebaya dengan Baginda SAW. Baginda SAW melalui zaman mudanya bersama dengan seorang bangsawan - janda muda yg sebaya, sepadan dan mendapat gelaran "Wanita Suci" pada Zaman Jahiliyah di Mekah.

[2] Hasil daripada perkahwinan itu juga, Baginda SAW telah memperoleh 7 orang anak, 3 lelaki dan 4 perempuan yg mana suatu keadaan yg boleh diterima aqal berbanding riwayat dusta dari Syiah yg penuh dengan pembohongan.


Ramai orang, bila bercakap tentang perbezaan usia dalam perkahwinan antara lelaki dan perempuan, iaitu merujuk kepada kes "usia perempuan yg lebih tua", maka akan dikaitkan dengan perkahwinan antara Nabi SAW dan Khadijah ra. Mereka katakan ini sebagai SUNNAH.

Pada hakikatnya, "kaitan" yg dibuat itu tidak tepat, kerana fakta sebenar yg selama ini terselindung dari pengetahuan kita menunjukkan bahawa tidak ada perbezaan usia antara Khadijah ra dan Baginda SAW.

Pihak musuh Islam terutama dari golongan Syiah, tidak akan putus2 berusaha menyebarkan kisah dusta kepada kita. Yg tidak berhati2, sudah tentu akan terus menerima tanpa usul periksa. Maka ekoran dari itu, puak orientalis pula yg untung. Mereka memanfaatkan sepenuhnya setiap kekurangan dan kelemahan Islam sama ada dalam bidang hadith, sejarah dsb utk mencemuh dan menghina Islam.

Tugas kita, sudah tentu adalah bagi "mengembalikan" semula kemurnian Aqidah, Syariat serta Sejarah Islam yg kini telah tercemar oleh tindakan2 jahat musuh2 Islam.

Mudah-mudahan bermanfaat. Sebarkan utk maslahat bersama.

Sekian.

WA

Kajian asal oleh : ALlahyarham Mohammad Habibur Rahman Kandhalwi - Seorang ulama unggul dari India - Pakistan, merupakan hafiz, qari serta pakar dalam bidang Tafsir dan Hadith.

Artikel asal : www.darulkautsar.com

Disunting, diringkas dan ditulis semula oleh : Wan 'G'

Friday, November 11, 2005

wahabi?? ape tu.....

as'kum.

ustaz mana yg mengatakan aliran wahabi membenarkan memijak Al-Quran? boleh bagitau siapakah dia?

wahabi bukanlah suatu mazhab tetapi secara ringkasnya merupakan suatu gerakan tajdid yang dicetuskan oleh syeikh Muhd Abd Wahab memandangkan masyarakat ketika itu sudah terlalu banyak mengamalkan amalan bidaah dan khurafat, seperti bernazar kepada pokok untuk mendapatkan anak dan sebagainya. Secara amnya, gerakan wahabi dinisbatkan kepada gerakan yang bermula di Arab Saudi. Menurut Dr. Mohd Asri, Syeikh Muhd Abd Wahab bermazhab hanbali dalam bidang feqh, manakala dari segi aqidah, beliau bermazhabkan golongan salafiah. (Kebanyakan masyarakat kita bermazhabkan Asyai'rah dalam bab aqidah ).

Mengenai pandangan hantu baik 7071 mengenai masalah ketuhanan, hal itu sudah dijelaskan didalam suatu seminar oleh barisan ulama dari universiti tempatan di petaling jaya.

Sebenarnya, ingin saya perbetulkan hantu baik 70_71, dalam bab ketuhanan, golongan wahabi tidak pernah sekalipun menta'wilkan Tuhan itu duduk diatas Arasy dan hanya menerima ayat Al-Quran berkenaan tanpa mencari-cari maknanya sebagaimana pendirian golongan salaf, sedangkan golongan Asyairahlah yang menta'wilkan Tuhan duduk diatas Arasy itu bermaksud bahawa Tuhan itu mempunyai kekuasaan yang meliputi Arasy Nya. Diharap kita sentiasa berhati-hati dalam membuat dakwaan kita.

Mengenai fanatik didalam agama, hampir kesemua sekte dalam agama mempunyai golongan fanatik, malah didalam mazhab syafi'e kita sendiri terdapat golongan fanatik yang mengkafirkan golongan mazhab lain sebagaimana yang berlaku di India suatu masa dahulu. Tidak perlulah untuk kita melabelkan kesemua pengikut aliran wahabi adalah keras semata-mata hanya segelintir daripada mereka yang mempunyai sikap fanatik membabi buta dalam agama.

Saya secara jujur berdasarkan nas-nas Al-Quran dan Hadis menerima aliran wahabi adalah salah suatu aliran yang termasuk dalam ahlissunnah wal jamaah.

Sunday, November 06, 2005

melmbtkan qoda' puasa bg wanita

SAIDATINA Aisyah berkata: "Dulu kami haid pada zaman Rasulullah SAW.
Maka, kami diperintahkan mengqada puasa dan tidak diperintahkan
mengqada solat."

Bagi kaum wanita yang tidak dapat berpuasa penuh pada Ramadan kerana
kedatangan haid, puasa sunat enam hari dalam Syawal akan memberi
peluang terbaik untuk mereka mengqada puasa, di samping mendapatkan
pahala berpuasa sunat.

Kebiasaan melambatkan qada hingga hampir kepada Ramadan yang akan
datang tidak sepatutnya dilakukan.

Ibadat wajib jika ditinggalkan sewajarnya segera diqada.

Ia juga sebagai menunjukkan sikap pengabdian diri terhadap Allah.

Apakah makna dan tujuan melambatkan qada puasa wajib? Tidak lain
menunjukkan seolah-olah kita keberatan untuk menunaikan kewajipan
yang ditinggalkan.

Oleh itu, selagi kesempatan diberikan pergunakanlah ia sebaik-
baiknya.

Masa akan terus berlalu meninggalkan kita, sedangkan Allah berfirman
bermaksud:
"Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian.
Kecuali orang yang beriman dan beramal salih dan mereka berpesan-
pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar." (Surah al-
Asr, ayat 1 hingga 3)

Monday, October 31, 2005

Catatan Akhir Ramadhan....

Catatan Akhir Ramadhan....
Image hosted by Photobucket.comYa Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di ramadhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.
Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.

Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memu-darkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami tak mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, meski setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.

Sebagian dari kami tak bisa memanfaatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana memupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.

Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memen-jarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.

Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.

Akhir ramadhan yang membosankan kami. Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini.

Engkau pasti tahu, bahwa sebagian besar dari kami selalu tidak ajeg untuk meniti hidup pasca ramadhan. Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.

Ya Allah, pertengahan Ramadhan ini, beberapa selebritis di negeri ini protes kepada sebagian dari kami yang mencoba mengingatkan mereka. Mereka tak rela kehidupannya diusik. Mereka marah besar atas imbauan sebagian dari kami yang menyebutkan mereka cuma islam sesaat. Ya, di bulan raamdhan ini..

Mungkin mereka malu. Bahwa selama ini aktivitasnya memang membuat noda di ramadhan. Tapi kami yakin, sebagian besar dari kami kini sudah cukup merasa paham untuk bersikap. Namun, hal ini tetap menyisakan perih dan pilu di hati kami. Betapa, mereka sudah banyak yang tidak peduli dengan seruanMu. Kami juga mohon maaf, karana hanya bisa mengeluh di hadapan-Mu, tak bisa di depan mereka. Betapa kerdilnya jiwa kami.

Tapi kami masih bisa berharap, bahwa apa yang kami lakukan merupakan wujud peduli kami untuk berbuat yang terbaik. Meski kami yakin banyak sekali kekurangan. Ini juga menjadi catatan akhir ramadhan yang membuat kami harus bekerja lebih giat dan optimal dalam menyebarkan Islam.

Catatan akhir ramadhan yang kurang bagus ini, membuat kami tertantang untuk selalu mengalirkan darah segar untuk perjuangan yang suci ini. Kami mohon ampun kepadaMu, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk terus melaju melawan kedzaliman.



Kami masih terpuruk

Sejak awal ramadhan hingga menjelang akhir ramadhan ini, kami, kaum muslimin, masih terpuruk dan terperangkap dalam penderitaan. Saudara-saudara kami di Palestina mengawal ramadhan ini dengan tetap penuh ketakutan. Sahur dan buka mereka selalu diintai rasa cemas. Bahkan di dalam rumah miliknya pun rasa cemas dan takut itu terus menghantui.

Kami yang tinggal di negeri-negeri yang sedikit aman, mampu makan sahur dan berbuka dengan segala kenikmatan yang ada. Tapi, sau-dara-saudara kami di Palestina berbuka dengan puncratan darah setelah dipukuli begundal-begundal Yahudi di penjara-penjara yang pengap dan gelap.

Sebagian dari kami mungkin sudah kehilangan rasa solidaritas itu, habis dikikis gaya hidup hedonis yang mengakar kuat di negeri kami. Hingga kami tak mampu mendengar rintihan saudara kami di Palestina yang terluka. Bahkan luka itu terlalu dalam untuk mereka miliki.

Di akhir ramadhan ini, saudara kami di Uzbekistan, Kyrgistan, Chechnya, dan wilayah Asia Tengah lainnya merasakan hal yang sama. Jeritan mereka pun tak bisa kami dengar. Terhalangi batas wilayah nasionalisme yang dibuat untuk menelikung kami semua, kaum muslimin.

Sebagian dari kami sudah lupa dengan sabda NabiMu, bahwa kami bersaudara. Bahwa kami saling memiliki rasa dan harapan yang sama. Itu sebabnya, sebagian dari kami lebih memilih untuk tidak melibatkan diri dalam perjuangan, meski hanya menemaninya dengan doa. Betapa kami tak mampu berbuat banyak.

Di akhir ramadhan ini, isu terorisme tidak berhenti berhembus ditujukan kepada kami, kaum muslimin. Hinga membuat sebagian dari kami kewalahan dan akhirnya tidak tahan dengan predikat muslim yang selama ini disandangnya. Kesetiaan kepada Islam dari sebagian kami melepuh berganti alergi luar biasa. Islam ternyata membuat sebagian dari kami tidak merasa aman. Tapi sebaliknya membuat sebagian dari kami resah. Kami menyadari bahwa ini adalah bagian dari sebuah perang peradaban. Perang di mana kami harus lebih cantik lagi untuk melawan. Sekali lagi, barangkali karena kami kurang optimal melawan mereka. Akhirnya, kami tetep terpuruk.

Catatan akhir ramadhan di bidang sosial-ekonomi sangat memprihatinkan. Angka kriminalitas tak surut di bulan ramadhan ini. Setidaknya jika kami lihat di tayangan berita kriminal di hampir seluruh stasiun televisi. Tayangan berdarah-darah seolah sudah akrab di mata kami, hingga membuat tak risih lagi, bahkan menikmati kekerasan tersebut.

Hal yang umum menjelang akhir ramadhan adalah harga-harga sembako yang meroket tajam. Entah siapa yang menyulut, yang pasti ketika penjual melipatgandakan harga, pembeli tidak protes sedikit pun, bahkan dengan polos menyebut, “sudah biasa”.. Atau mungkin merasa tidak efektif untuk berteriak protes. Bisa jadi.

Sebagian dari kami menjelang akhir ramadhan ini lebih asyik di pusat-pusat perbelanjaan ketimbang i'tikaf di masjid-masjid. Sregep berburu untuk memilih baju lebaran dan beragam makanan, ketimbang menjaring lailatul qadar . Jalanan padat, masjid berubah jadi museum. Sepi. Ya, kami masih terpuruk di segala bidang.



Perjuangan kita belum selesai

Sobat muda muslim, selain kita mengukur apa yang telah kita lakukan di bulan pernah berkah, rahmat, dan ampunan ini, juga kita tumpahkan energi peduli kita untuk teman-teman yang masih tetap ‘istiqomah' dalam kemaksiatannya. Nggak jarang kita jumpai, saudara kita yang masih berprinsip “semau gue” dalam berbuat. Malah tetep maksiat meski di bulan suci dan mulia ini. Astaghfirullah.

Kepada mereka, sikap peduli layak kita berikan. Tentu ini sebagai tanda kasih kita kepada mereka. Sebagai tanda cinta kita kepada mereka. Sebab kita adalah saudara seakidah. Bedanya, kita sudah mulai ingin benar dalam hidup ini, teman-teman—yang karena keterbatasan ilmunya—masih betah maksiat.

Kita pantas cemas menyaksikan polah teman-teman yang menjalani puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum doang. Sementara, mereka tetep keukeuh pacaran, tetep membuka auratnya, tetep tidak mengontrol mata, telinga, dan hatinya dari perbuatan kotor dan nista. Kita khawatir banget, jangan-jangan, cuma mendapatkan rasa lapar dan haus dari puasanya itu. Rugi deh. Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Saat ini, masyarakat kita sepertinya sederhana saja memandang kehidupan ini. Ringan aja menghadapi dinamikanya. Kita sedikit meragukan jika masyarakat ini masih menyimpan rasa peduli akan kebenaran. Sebab, buktinya banyak yang menyepelekan kebenaran. Individu memang banyak yang berbuat salah. Tapi yakinlah, ini akibat dari lingkungan tempat hidupnya. Sudahlah takwa individu carut marut, dan ini jumlahnya banyak, eh, masyarakat secara umum juga udah terbiasa dengan kemaksiatan yang berlangsung dalam kehidupannya. Bahkan celakanya ada yang sampe menganggap bahwa itu emang bagian dari kehidupan sekarang. Individu dan masyarakat yang udah jebol ini makin diperparah dengan kedodorannya negara dalam mengatur rakyat. Karuan aja, makin surem deh kehidupan ini.

Itu sebabnya, meskipun kita gembar-gembor mengkampanyekan untuk melakukan perbaikan individu. Tapi dalam waktu yang bersamaan nggak dibarengi dengan mengubah masyarakat, maka kemungkinan besar akan mengalami kegagalan. Sebab, masalah akan terus berputar di situ. Jadi, mari ubah individu, dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Jadikan masyarakat ini sebagai masyarakat Islam. Masyarakat yang diatur dalam negara yang menerapkan syariat Islam.

Dengan begitu, kita tak perlu cemas, sedih, dan prihatin lagi menyaksikan kondisi kaum muslimin saat ini. Bukan hanya setiap habis Ramadhan, tetapi sepanjang waktu. Sebab, semuanya udah benar. Tinggal diarahkan aja. Sekarang? Kita harus membenarkan sekaligus mengarahkan. Relatif berat bukan?

Oke deh, moga-moga kita nggak cemas dan prihatin lagi setiap habis Ramadhan gara-gara mikirin kondisi umat ini. Tapi ya, selama kita hidup di bawah sistem kapitalisme seperti sekarang ini, kehidupan senantiasa diliputi rasa cemas, dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk saat seperti ini, setiap habis Ramadhan. Cemas, kalo umat ini akan balik bejat lagi setelah Ramadhan berlalu. Ya, jangankan nanti, saat Ramadhan aja masih banyak yang memamerkan kesombongannya dengan nggak mau taat kepada aturan Allah dan RasulNya.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Sekali lagi kita ngingetin, mari ubah individu dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Setuju kan? Harus Setuju! Keep ukhuwah en tetep semangat !

Tuesday, October 25, 2005

got to catch up

Image hosted by Photobucket.combln romadhon akn hampir meninggalkan kite. lagi 9 hari seblm syawal... byk lagi ana kene habiskan baca quran. masa cuti 1 minggu tk dpt sentuh quran. ana tgk jer quran kat atas almari kecil tuh. bila agak2nyer ana dpt habis khatam. dh masuk lailatu qadar... tapi masih hdp dpn komp. astghfirullah. mcmane rasa nyer malaikat jibrail berjabat slm dgn hamba2Nya. Subhanallah....MasyaAllah... tk dpt diungkap kata2 perasaan gembira sesorg hamba tu. mesti bertuah betul. setiap kali baca quran, ana tau pentingnyer memahami maksud2nyer. tkde gunanyer org tu khatam quran tapi tk menghayati ayat2 suci quran. baca sekadar baca jer.. mcm tkde yg menusuk kalbu nyer. tkde rasa gerun, takot dn sedih ketika baca quran. ade org dh baca quran tpi hatinyer masih penuhi dgn titik hitam & sifat2 mazmumah sbb tk phm ape yg tersirat di dlm quran. jadi ayat2 suci tk pon tersentuh hati mereka.

kt spore ramai hafazan2 quran tapi hanya segelintir ajer yg memahami ape mereka baca. mcmane quran dpt beri syfa'at pd kite.. sdgkan kite tk meniliti akn maksudnyer serta mematuhi laranganyer. ade buat quran sbg hiasan atas almari tau pon tmpt2 display?? tk pon disentuh dn buka quran tu. biarkan berhabuk. skrg org melayu pon tk hormati quran.. kt kedah.. grp black metal. ape dah jadi?? bdk2 remaja liar memijak-pijak kitab suci tu. astghfirullah..smg Allah beri petunjuk pd mereka.

taip2 ni.. trigt satu cite ttg abu bakar r.a menangis tiap kali membaca ak-quran. ana pon cari2.. jumpa jugak
Diriwayatkan olh siti aisyah ra: Semasa Rasulullah sdg sakit, Baginda ber sabda:

"Suruhlah abu bakar supaya dia solat sbg imam bg jemaah"
Kataku: " Ya Rasulullah abu nakasr seorg yg lemah hati dn semasa membaca A-Quran dia sering menangis"
Tetapi Rasulullah saw tetap mahukan abu bakar mengimamkan para jemaah" (walaupon sedar bhw abu bakar seorg yg kuat menangis)
(hadis riwayat Tarmizi, Ahmad & Abu Daud)
dr sini kite pon dpt phm bhw dlm solat boleh menangis kalau tk berkata2. bagusnyer abu bakar..lembut hatinya. mudah-mudahan, satu ari nanti insyaAllah ana dpt memahaminyer...so.. got to work extra hard finish reading the quran.

Sunday, October 23, 2005

Kapan Engkau Datang?

Kapan Engkau Datang?
Publikasi: 14/05/2004 16:03 WIB
Assalammu'alaikum Wr. Wb....

Apakabar calon suamiku? Bagaimana keadaanmu sekarang ini? Aku berharap di manapun kau berada, kebahagiaan serta rahmatNya selalu menyertaimu.

Calon suamiku, ...

Di mana Engkau sekarang? Aku selalu setia menantimu, pun saat usiaku jelang duapuluh lima tahun. Setiap usai shalat aku berharap pada Yang Kuasa untuk mengakhiri penantianku ini. Setiap malam, aku selalu menanti pagi, akankah engkau segera datang menjumpai. Mengajakku meniti jalan ilahi untuk mengayuh hidup menguatkan tekad untuk terus menjalankan titahNya juga Sunnah RasulNya.

Wahai calon suamiku, ...

Apa yang beratkan langkahmu untuk menjumpaiku? Apa yang sedang kau lakukan sekarang ini? Mencari rupiah demi rupiah sebagai ongkos agar kita dapat mengayuh bahtera itu bersama? Berapa besar ongkos itu? Berapa jumlah rupiah yang akan engkau cari? Bahtera seperti apa yang ingin kau tumpangi? Ekonomi, standar, atau eksekutif?

Tak soal buatku, bahtera apa yang akan kita kayuh, toh yang penting untukku kita akan menjalani semua itu dengan keikhlasan yang amat sangat. Tak perlu risaukan berapa rupiah yang kau miliki saat ini. Berapapun jumlahnya, aku selalu akan menerimamu. Asal rupiah yang kau dapatkan bukan dari jalan tak kau ketahui dari mana asalnya.

Wahai calon suamiku, ...

Apa yang sedang kau lakukan hingga kau menunda untuk bertemu dengan ku? Apakah ada amanah lain yang harus kau tunaikan? Seberat apa amanah itu? Aku ingin mendampingimu. Menemanimu menunaikan amanah itu bersama-sama.

Calon suamiku yang selalu ku nanti,...

Di mana kau sekarang? Apa yang kau lakukan saat ini? Aku selalu memudahkan langkahmu untuk mencapai cita-cita dan asa yang kau inginkan. Allah punya rencana untuk menunda mempertemukan kita sekarang ini karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk menghusung amanah yang jauh lebih berat. Ia ingin kita lebih matang merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya.

Calon suamiku,...

Siapapun yang Allah berikan untuk mendampingi hidupku, Aku akan selalu menantimu. Aku percaya Allah Yang Terkasih punya rencana yang terbaik untuk menyusun rencana hidupku juga hidupmu.

Calon suamiku,...

Kapan engkau datang? Aku akan tetap setia menantimu.

Dari ku yang merindukanmu

sebuah catatan menjelang usia 25

website: http://www.eramuslim.com/ar/mm/45/10352,1,v.html

Tuesday, October 18, 2005

What Is Your Objective in Ramadan?

What Is Your Objective in Ramadan?


Image hosted by Photobucket.com

By Ali Al-Halawani*


For one’s life to be meaningful, it has to have a goal that is worked toward or striven for. If one leads all of one’s life without a goal to be achieved or an end to be reached, all of one’s life goes with the wind. This is true of all people, Muslims and non-Muslims alike. But for a Muslim, this issue has much more value, as the end-goal is to attain Allah’s pleasure and to be granted admission to Paradise in the Hereafter.

Based on this, true Muslims should have an objective for both their whole life and their individual deeds during every minute that they stay on earth.

No one can deny the fact that Allah designed and subjugated the creation in order for man to fulfill the objective he was originally created for, which can be seen in Allah’s saying in His Ever-Glorious Qur’an:

[And I (Allah) created not the jinn and mankind except that they should worship Me (Alone). I seek not any provision from them (i.e. provision for themselves or for My creatures) nor do I ask that they should feed Me (i.e. feed themselves or My creatures).] (Adh-Dhariyat 51:56-57)

In addition, Allah Almighty gives man one chance after another to come back to Him and seek the straight path. As for Muslims, Allah gave them the month of Ramadan as a great opportunity to increase their potential good deeds and decrease their sinful ones, to help them attain Paradise in the Hereafter. Ramadan is the month where the reward for good deeds is multiplied manyfold by the grace of Allah. Thus, it is a real opportunity to overcome the obstacles of life and the malicious schemes of Satan.

Set a goal for yourself in Ramadan which you will do your best to achieve. Let that goal be to save yourself from Hellfire and to enjoy Allah’s pleasure and salvation during that noble month.

In order for you to achieve that lofty goal, you will have to stop with yourself at some important stations. These stations go as follows:

With Fasting

Let your objective this Ramadan be that you abstain from all that is prohibited for you by Allah. So do not cheat or lie or backbite or usurp others’ properties or gaze at what Allah has prohibited (the opposite sex). It is well-known that fasting is of three degrees:

1. Abstaining from food, drink, and intimate intercourse.

2. Keeping your ears, eyes, tongue, hands, and feet, and all other bodily organs free from sins.

3. Avoiding occupying your heart with unworthy concerns and worldly thoughts, and upholding nothing in your heart but Allah the Almighty.

So, what holds you back from drawing nearer to Allah and being one of those very few people who observe fasting of that third and special degree?

With Standing in the Night in Prayer

Have an objective this Ramadan to perform a minimum of eight rak`ahs in Prayer after `Isha’ and before Fajr in addition to Shaf` and Witr. Do not let anything prevent you from performing these precious rak`ahs every night in Ramadan. The Prophet (peace and blessings be upon him) is reported to have said the following:

It is highly recommended for you to observe Qiyam al-Layl (Night Prayer), for it was the practice of your righteous predecessors. Qiyam al-Layl brings you closer to your Lord, atones for your sins, drives disease from your body, and stops transgression. (Al-Bukhari and Muslim)


With the Qur’an

Be keen on finishing reading the whole Qur’an at least once during the month of Ramadan. Recite at least one of its 30 parts every day. What if you are not that good at reading the Qur’an? You should not despair or be disappointed, for there is still a chance for you to gain reward from Allah. This can be achieved by listening directly to one who has better recitation, listening to a recording, or listening to a radio station. Spending your time listening to Qur’anic recitation is also good and rewarding.

With Ties of Kinship

During Ramadan, you should be keener on being connected with your family and relatives, especially those whom the vicissitudes of life prevent continual communication with. Spend some money on getting reconnected with them. You may assign, let us say, $10 for this purpose. Imagine, this tiny sum of money could bring you together with all your relatives! It will also bring you nearer to Allah the Almighty.

Also, in so doing, try to remember the hadith in which Abu Hurairah (may Allah be pleased with him) reported that a person said this:

“Allah’s Messenger, I have relatives with whom I try to have a close relationship, but they sever (this relation). I treat them well, but they treat me ill. I am sweet to them but they are harsh towards me.” Upon this he (the Prophet) said, “If it is so as you say, then you in fact throw hot ashes (upon their faces) and there would always remain with you on behalf of Allah (an angel to support you) who would keep you dominant over them so long as you adhere to this (path of righteousness).” (Muslim)

With Charity

Let there be a charity that you give to in Allah’s cause every day in Ramadan. The reward for charity and all other good deeds is multiplied manyfold in Ramadan. This is one of the blessings of this auspicious month. The Prophet (peace and blessings be upon him) is reported to have said, “Give out charity, for it guarantees your salvation from Hellfire” (At-Tabarani). However, what if you do not know one or it is not that easy for you to access a charity every day? You could try to gather and combine your charity every 10 days, for example, and then give it out at once.

With Dhikr (Remembrance of Allah)

Keep your tongue wet with the continuous remembrance of Allah. Remembrance of Allah is one of the best kinds of worship that is due for Allah, as well as one of the easiest kinds of worship for those for whom Allah makes it easy. The story of Hudair, one of the Prophet’s Companions who was persistent in remembering Allah during one of the great battles of early Islam, is a good example of the reward Allah Almighty has set for those who remember Him very frequently. It is reported that the Prophet (peace and blessings be upon him) forgot to give Hudair his provision for the journey, but the remembrance of Allah removed his need for food for several days, till the Angel Jibreel descended to inform the Prophet (peace and blessings be upon him) about his case. The Prophet sent another companion after Hudair carrying the necessary provision for him.

With Supplication

A true Muslim should be keen on using “the believer’s weapon,” du`aa’ (supplication to Allah), in every situation. This is true of every situation that occurs for a Muslim in daily life. During fasting, stick to making du`aa’, because in this state you are nearer to Allah and your supplications are more likely to be accepted. Thus, you should make du`aa’ to Allah all the time and not forget that Allah responds to the invocations of the supplicant when he or she calls on Him sincerely from the heart. Allah says in His Ever-Glorious Qur’an:

[And when My slaves ask you (O Muhammad—peace be upon him) concerning Me then (answer them) I am indeed near (to them by My knowledge). I respond to the invocations of the supplicant when he calls on Me (without any mediator or intercessor). So let them obey Me and believe in Me, so that they may be led aright.] (Al-Baqarah 2:186)

Finally, let your other objective in Ramadan be to set your head free from things that can take you to Hellfire, by doing all the aforementioned things; they are so easy for those for whom Allah makes them easy.


--------------------------------------------------------------------------------

* Ali Al-Halawani is a Ph.D. Student, the managing editor of the Shari`ah Department (English), and Assistant to the Editor-in-Chief of the English IslamOnline Web site. He graduated from Al-Azhar University and got his MA in religious translation from the Faculty of Al-Alsun (Languages), Al-Minia University. He writes occasionally for Islamonline.net.