Monday, October 31, 2005

Catatan Akhir Ramadhan....

Catatan Akhir Ramadhan....
Image hosted by Photobucket.comYa Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di ramadhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.
Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.

Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memu-darkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami tak mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, meski setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.

Sebagian dari kami tak bisa memanfaatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana memupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.

Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memen-jarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.

Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.

Akhir ramadhan yang membosankan kami. Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini.

Engkau pasti tahu, bahwa sebagian besar dari kami selalu tidak ajeg untuk meniti hidup pasca ramadhan. Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.

Ya Allah, pertengahan Ramadhan ini, beberapa selebritis di negeri ini protes kepada sebagian dari kami yang mencoba mengingatkan mereka. Mereka tak rela kehidupannya diusik. Mereka marah besar atas imbauan sebagian dari kami yang menyebutkan mereka cuma islam sesaat. Ya, di bulan raamdhan ini..

Mungkin mereka malu. Bahwa selama ini aktivitasnya memang membuat noda di ramadhan. Tapi kami yakin, sebagian besar dari kami kini sudah cukup merasa paham untuk bersikap. Namun, hal ini tetap menyisakan perih dan pilu di hati kami. Betapa, mereka sudah banyak yang tidak peduli dengan seruanMu. Kami juga mohon maaf, karana hanya bisa mengeluh di hadapan-Mu, tak bisa di depan mereka. Betapa kerdilnya jiwa kami.

Tapi kami masih bisa berharap, bahwa apa yang kami lakukan merupakan wujud peduli kami untuk berbuat yang terbaik. Meski kami yakin banyak sekali kekurangan. Ini juga menjadi catatan akhir ramadhan yang membuat kami harus bekerja lebih giat dan optimal dalam menyebarkan Islam.

Catatan akhir ramadhan yang kurang bagus ini, membuat kami tertantang untuk selalu mengalirkan darah segar untuk perjuangan yang suci ini. Kami mohon ampun kepadaMu, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk terus melaju melawan kedzaliman.



Kami masih terpuruk

Sejak awal ramadhan hingga menjelang akhir ramadhan ini, kami, kaum muslimin, masih terpuruk dan terperangkap dalam penderitaan. Saudara-saudara kami di Palestina mengawal ramadhan ini dengan tetap penuh ketakutan. Sahur dan buka mereka selalu diintai rasa cemas. Bahkan di dalam rumah miliknya pun rasa cemas dan takut itu terus menghantui.

Kami yang tinggal di negeri-negeri yang sedikit aman, mampu makan sahur dan berbuka dengan segala kenikmatan yang ada. Tapi, sau-dara-saudara kami di Palestina berbuka dengan puncratan darah setelah dipukuli begundal-begundal Yahudi di penjara-penjara yang pengap dan gelap.

Sebagian dari kami mungkin sudah kehilangan rasa solidaritas itu, habis dikikis gaya hidup hedonis yang mengakar kuat di negeri kami. Hingga kami tak mampu mendengar rintihan saudara kami di Palestina yang terluka. Bahkan luka itu terlalu dalam untuk mereka miliki.

Di akhir ramadhan ini, saudara kami di Uzbekistan, Kyrgistan, Chechnya, dan wilayah Asia Tengah lainnya merasakan hal yang sama. Jeritan mereka pun tak bisa kami dengar. Terhalangi batas wilayah nasionalisme yang dibuat untuk menelikung kami semua, kaum muslimin.

Sebagian dari kami sudah lupa dengan sabda NabiMu, bahwa kami bersaudara. Bahwa kami saling memiliki rasa dan harapan yang sama. Itu sebabnya, sebagian dari kami lebih memilih untuk tidak melibatkan diri dalam perjuangan, meski hanya menemaninya dengan doa. Betapa kami tak mampu berbuat banyak.

Di akhir ramadhan ini, isu terorisme tidak berhenti berhembus ditujukan kepada kami, kaum muslimin. Hinga membuat sebagian dari kami kewalahan dan akhirnya tidak tahan dengan predikat muslim yang selama ini disandangnya. Kesetiaan kepada Islam dari sebagian kami melepuh berganti alergi luar biasa. Islam ternyata membuat sebagian dari kami tidak merasa aman. Tapi sebaliknya membuat sebagian dari kami resah. Kami menyadari bahwa ini adalah bagian dari sebuah perang peradaban. Perang di mana kami harus lebih cantik lagi untuk melawan. Sekali lagi, barangkali karena kami kurang optimal melawan mereka. Akhirnya, kami tetep terpuruk.

Catatan akhir ramadhan di bidang sosial-ekonomi sangat memprihatinkan. Angka kriminalitas tak surut di bulan ramadhan ini. Setidaknya jika kami lihat di tayangan berita kriminal di hampir seluruh stasiun televisi. Tayangan berdarah-darah seolah sudah akrab di mata kami, hingga membuat tak risih lagi, bahkan menikmati kekerasan tersebut.

Hal yang umum menjelang akhir ramadhan adalah harga-harga sembako yang meroket tajam. Entah siapa yang menyulut, yang pasti ketika penjual melipatgandakan harga, pembeli tidak protes sedikit pun, bahkan dengan polos menyebut, “sudah biasa”.. Atau mungkin merasa tidak efektif untuk berteriak protes. Bisa jadi.

Sebagian dari kami menjelang akhir ramadhan ini lebih asyik di pusat-pusat perbelanjaan ketimbang i'tikaf di masjid-masjid. Sregep berburu untuk memilih baju lebaran dan beragam makanan, ketimbang menjaring lailatul qadar . Jalanan padat, masjid berubah jadi museum. Sepi. Ya, kami masih terpuruk di segala bidang.



Perjuangan kita belum selesai

Sobat muda muslim, selain kita mengukur apa yang telah kita lakukan di bulan pernah berkah, rahmat, dan ampunan ini, juga kita tumpahkan energi peduli kita untuk teman-teman yang masih tetap ‘istiqomah' dalam kemaksiatannya. Nggak jarang kita jumpai, saudara kita yang masih berprinsip “semau gue” dalam berbuat. Malah tetep maksiat meski di bulan suci dan mulia ini. Astaghfirullah.

Kepada mereka, sikap peduli layak kita berikan. Tentu ini sebagai tanda kasih kita kepada mereka. Sebagai tanda cinta kita kepada mereka. Sebab kita adalah saudara seakidah. Bedanya, kita sudah mulai ingin benar dalam hidup ini, teman-teman—yang karena keterbatasan ilmunya—masih betah maksiat.

Kita pantas cemas menyaksikan polah teman-teman yang menjalani puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum doang. Sementara, mereka tetep keukeuh pacaran, tetep membuka auratnya, tetep tidak mengontrol mata, telinga, dan hatinya dari perbuatan kotor dan nista. Kita khawatir banget, jangan-jangan, cuma mendapatkan rasa lapar dan haus dari puasanya itu. Rugi deh. Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Saat ini, masyarakat kita sepertinya sederhana saja memandang kehidupan ini. Ringan aja menghadapi dinamikanya. Kita sedikit meragukan jika masyarakat ini masih menyimpan rasa peduli akan kebenaran. Sebab, buktinya banyak yang menyepelekan kebenaran. Individu memang banyak yang berbuat salah. Tapi yakinlah, ini akibat dari lingkungan tempat hidupnya. Sudahlah takwa individu carut marut, dan ini jumlahnya banyak, eh, masyarakat secara umum juga udah terbiasa dengan kemaksiatan yang berlangsung dalam kehidupannya. Bahkan celakanya ada yang sampe menganggap bahwa itu emang bagian dari kehidupan sekarang. Individu dan masyarakat yang udah jebol ini makin diperparah dengan kedodorannya negara dalam mengatur rakyat. Karuan aja, makin surem deh kehidupan ini.

Itu sebabnya, meskipun kita gembar-gembor mengkampanyekan untuk melakukan perbaikan individu. Tapi dalam waktu yang bersamaan nggak dibarengi dengan mengubah masyarakat, maka kemungkinan besar akan mengalami kegagalan. Sebab, masalah akan terus berputar di situ. Jadi, mari ubah individu, dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Jadikan masyarakat ini sebagai masyarakat Islam. Masyarakat yang diatur dalam negara yang menerapkan syariat Islam.

Dengan begitu, kita tak perlu cemas, sedih, dan prihatin lagi menyaksikan kondisi kaum muslimin saat ini. Bukan hanya setiap habis Ramadhan, tetapi sepanjang waktu. Sebab, semuanya udah benar. Tinggal diarahkan aja. Sekarang? Kita harus membenarkan sekaligus mengarahkan. Relatif berat bukan?

Oke deh, moga-moga kita nggak cemas dan prihatin lagi setiap habis Ramadhan gara-gara mikirin kondisi umat ini. Tapi ya, selama kita hidup di bawah sistem kapitalisme seperti sekarang ini, kehidupan senantiasa diliputi rasa cemas, dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk saat seperti ini, setiap habis Ramadhan. Cemas, kalo umat ini akan balik bejat lagi setelah Ramadhan berlalu. Ya, jangankan nanti, saat Ramadhan aja masih banyak yang memamerkan kesombongannya dengan nggak mau taat kepada aturan Allah dan RasulNya.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Sekali lagi kita ngingetin, mari ubah individu dengan melakukan perubahan terhadap masyarakat. Setuju kan? Harus Setuju! Keep ukhuwah en tetep semangat !

Tuesday, October 25, 2005

got to catch up

Image hosted by Photobucket.combln romadhon akn hampir meninggalkan kite. lagi 9 hari seblm syawal... byk lagi ana kene habiskan baca quran. masa cuti 1 minggu tk dpt sentuh quran. ana tgk jer quran kat atas almari kecil tuh. bila agak2nyer ana dpt habis khatam. dh masuk lailatu qadar... tapi masih hdp dpn komp. astghfirullah. mcmane rasa nyer malaikat jibrail berjabat slm dgn hamba2Nya. Subhanallah....MasyaAllah... tk dpt diungkap kata2 perasaan gembira sesorg hamba tu. mesti bertuah betul. setiap kali baca quran, ana tau pentingnyer memahami maksud2nyer. tkde gunanyer org tu khatam quran tapi tk menghayati ayat2 suci quran. baca sekadar baca jer.. mcm tkde yg menusuk kalbu nyer. tkde rasa gerun, takot dn sedih ketika baca quran. ade org dh baca quran tpi hatinyer masih penuhi dgn titik hitam & sifat2 mazmumah sbb tk phm ape yg tersirat di dlm quran. jadi ayat2 suci tk pon tersentuh hati mereka.

kt spore ramai hafazan2 quran tapi hanya segelintir ajer yg memahami ape mereka baca. mcmane quran dpt beri syfa'at pd kite.. sdgkan kite tk meniliti akn maksudnyer serta mematuhi laranganyer. ade buat quran sbg hiasan atas almari tau pon tmpt2 display?? tk pon disentuh dn buka quran tu. biarkan berhabuk. skrg org melayu pon tk hormati quran.. kt kedah.. grp black metal. ape dah jadi?? bdk2 remaja liar memijak-pijak kitab suci tu. astghfirullah..smg Allah beri petunjuk pd mereka.

taip2 ni.. trigt satu cite ttg abu bakar r.a menangis tiap kali membaca ak-quran. ana pon cari2.. jumpa jugak
Diriwayatkan olh siti aisyah ra: Semasa Rasulullah sdg sakit, Baginda ber sabda:

"Suruhlah abu bakar supaya dia solat sbg imam bg jemaah"
Kataku: " Ya Rasulullah abu nakasr seorg yg lemah hati dn semasa membaca A-Quran dia sering menangis"
Tetapi Rasulullah saw tetap mahukan abu bakar mengimamkan para jemaah" (walaupon sedar bhw abu bakar seorg yg kuat menangis)
(hadis riwayat Tarmizi, Ahmad & Abu Daud)
dr sini kite pon dpt phm bhw dlm solat boleh menangis kalau tk berkata2. bagusnyer abu bakar..lembut hatinya. mudah-mudahan, satu ari nanti insyaAllah ana dpt memahaminyer...so.. got to work extra hard finish reading the quran.

Sunday, October 23, 2005

Kapan Engkau Datang?

Kapan Engkau Datang?
Publikasi: 14/05/2004 16:03 WIB
Assalammu'alaikum Wr. Wb....

Apakabar calon suamiku? Bagaimana keadaanmu sekarang ini? Aku berharap di manapun kau berada, kebahagiaan serta rahmatNya selalu menyertaimu.

Calon suamiku, ...

Di mana Engkau sekarang? Aku selalu setia menantimu, pun saat usiaku jelang duapuluh lima tahun. Setiap usai shalat aku berharap pada Yang Kuasa untuk mengakhiri penantianku ini. Setiap malam, aku selalu menanti pagi, akankah engkau segera datang menjumpai. Mengajakku meniti jalan ilahi untuk mengayuh hidup menguatkan tekad untuk terus menjalankan titahNya juga Sunnah RasulNya.

Wahai calon suamiku, ...

Apa yang beratkan langkahmu untuk menjumpaiku? Apa yang sedang kau lakukan sekarang ini? Mencari rupiah demi rupiah sebagai ongkos agar kita dapat mengayuh bahtera itu bersama? Berapa besar ongkos itu? Berapa jumlah rupiah yang akan engkau cari? Bahtera seperti apa yang ingin kau tumpangi? Ekonomi, standar, atau eksekutif?

Tak soal buatku, bahtera apa yang akan kita kayuh, toh yang penting untukku kita akan menjalani semua itu dengan keikhlasan yang amat sangat. Tak perlu risaukan berapa rupiah yang kau miliki saat ini. Berapapun jumlahnya, aku selalu akan menerimamu. Asal rupiah yang kau dapatkan bukan dari jalan tak kau ketahui dari mana asalnya.

Wahai calon suamiku, ...

Apa yang sedang kau lakukan hingga kau menunda untuk bertemu dengan ku? Apakah ada amanah lain yang harus kau tunaikan? Seberat apa amanah itu? Aku ingin mendampingimu. Menemanimu menunaikan amanah itu bersama-sama.

Calon suamiku yang selalu ku nanti,...

Di mana kau sekarang? Apa yang kau lakukan saat ini? Aku selalu memudahkan langkahmu untuk mencapai cita-cita dan asa yang kau inginkan. Allah punya rencana untuk menunda mempertemukan kita sekarang ini karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk menghusung amanah yang jauh lebih berat. Ia ingin kita lebih matang merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya.

Calon suamiku,...

Siapapun yang Allah berikan untuk mendampingi hidupku, Aku akan selalu menantimu. Aku percaya Allah Yang Terkasih punya rencana yang terbaik untuk menyusun rencana hidupku juga hidupmu.

Calon suamiku,...

Kapan engkau datang? Aku akan tetap setia menantimu.

Dari ku yang merindukanmu

sebuah catatan menjelang usia 25

website: http://www.eramuslim.com/ar/mm/45/10352,1,v.html

Tuesday, October 18, 2005

What Is Your Objective in Ramadan?

What Is Your Objective in Ramadan?


Image hosted by Photobucket.com

By Ali Al-Halawani*


For one’s life to be meaningful, it has to have a goal that is worked toward or striven for. If one leads all of one’s life without a goal to be achieved or an end to be reached, all of one’s life goes with the wind. This is true of all people, Muslims and non-Muslims alike. But for a Muslim, this issue has much more value, as the end-goal is to attain Allah’s pleasure and to be granted admission to Paradise in the Hereafter.

Based on this, true Muslims should have an objective for both their whole life and their individual deeds during every minute that they stay on earth.

No one can deny the fact that Allah designed and subjugated the creation in order for man to fulfill the objective he was originally created for, which can be seen in Allah’s saying in His Ever-Glorious Qur’an:

[And I (Allah) created not the jinn and mankind except that they should worship Me (Alone). I seek not any provision from them (i.e. provision for themselves or for My creatures) nor do I ask that they should feed Me (i.e. feed themselves or My creatures).] (Adh-Dhariyat 51:56-57)

In addition, Allah Almighty gives man one chance after another to come back to Him and seek the straight path. As for Muslims, Allah gave them the month of Ramadan as a great opportunity to increase their potential good deeds and decrease their sinful ones, to help them attain Paradise in the Hereafter. Ramadan is the month where the reward for good deeds is multiplied manyfold by the grace of Allah. Thus, it is a real opportunity to overcome the obstacles of life and the malicious schemes of Satan.

Set a goal for yourself in Ramadan which you will do your best to achieve. Let that goal be to save yourself from Hellfire and to enjoy Allah’s pleasure and salvation during that noble month.

In order for you to achieve that lofty goal, you will have to stop with yourself at some important stations. These stations go as follows:

With Fasting

Let your objective this Ramadan be that you abstain from all that is prohibited for you by Allah. So do not cheat or lie or backbite or usurp others’ properties or gaze at what Allah has prohibited (the opposite sex). It is well-known that fasting is of three degrees:

1. Abstaining from food, drink, and intimate intercourse.

2. Keeping your ears, eyes, tongue, hands, and feet, and all other bodily organs free from sins.

3. Avoiding occupying your heart with unworthy concerns and worldly thoughts, and upholding nothing in your heart but Allah the Almighty.

So, what holds you back from drawing nearer to Allah and being one of those very few people who observe fasting of that third and special degree?

With Standing in the Night in Prayer

Have an objective this Ramadan to perform a minimum of eight rak`ahs in Prayer after `Isha’ and before Fajr in addition to Shaf` and Witr. Do not let anything prevent you from performing these precious rak`ahs every night in Ramadan. The Prophet (peace and blessings be upon him) is reported to have said the following:

It is highly recommended for you to observe Qiyam al-Layl (Night Prayer), for it was the practice of your righteous predecessors. Qiyam al-Layl brings you closer to your Lord, atones for your sins, drives disease from your body, and stops transgression. (Al-Bukhari and Muslim)


With the Qur’an

Be keen on finishing reading the whole Qur’an at least once during the month of Ramadan. Recite at least one of its 30 parts every day. What if you are not that good at reading the Qur’an? You should not despair or be disappointed, for there is still a chance for you to gain reward from Allah. This can be achieved by listening directly to one who has better recitation, listening to a recording, or listening to a radio station. Spending your time listening to Qur’anic recitation is also good and rewarding.

With Ties of Kinship

During Ramadan, you should be keener on being connected with your family and relatives, especially those whom the vicissitudes of life prevent continual communication with. Spend some money on getting reconnected with them. You may assign, let us say, $10 for this purpose. Imagine, this tiny sum of money could bring you together with all your relatives! It will also bring you nearer to Allah the Almighty.

Also, in so doing, try to remember the hadith in which Abu Hurairah (may Allah be pleased with him) reported that a person said this:

“Allah’s Messenger, I have relatives with whom I try to have a close relationship, but they sever (this relation). I treat them well, but they treat me ill. I am sweet to them but they are harsh towards me.” Upon this he (the Prophet) said, “If it is so as you say, then you in fact throw hot ashes (upon their faces) and there would always remain with you on behalf of Allah (an angel to support you) who would keep you dominant over them so long as you adhere to this (path of righteousness).” (Muslim)

With Charity

Let there be a charity that you give to in Allah’s cause every day in Ramadan. The reward for charity and all other good deeds is multiplied manyfold in Ramadan. This is one of the blessings of this auspicious month. The Prophet (peace and blessings be upon him) is reported to have said, “Give out charity, for it guarantees your salvation from Hellfire” (At-Tabarani). However, what if you do not know one or it is not that easy for you to access a charity every day? You could try to gather and combine your charity every 10 days, for example, and then give it out at once.

With Dhikr (Remembrance of Allah)

Keep your tongue wet with the continuous remembrance of Allah. Remembrance of Allah is one of the best kinds of worship that is due for Allah, as well as one of the easiest kinds of worship for those for whom Allah makes it easy. The story of Hudair, one of the Prophet’s Companions who was persistent in remembering Allah during one of the great battles of early Islam, is a good example of the reward Allah Almighty has set for those who remember Him very frequently. It is reported that the Prophet (peace and blessings be upon him) forgot to give Hudair his provision for the journey, but the remembrance of Allah removed his need for food for several days, till the Angel Jibreel descended to inform the Prophet (peace and blessings be upon him) about his case. The Prophet sent another companion after Hudair carrying the necessary provision for him.

With Supplication

A true Muslim should be keen on using “the believer’s weapon,” du`aa’ (supplication to Allah), in every situation. This is true of every situation that occurs for a Muslim in daily life. During fasting, stick to making du`aa’, because in this state you are nearer to Allah and your supplications are more likely to be accepted. Thus, you should make du`aa’ to Allah all the time and not forget that Allah responds to the invocations of the supplicant when he or she calls on Him sincerely from the heart. Allah says in His Ever-Glorious Qur’an:

[And when My slaves ask you (O Muhammad—peace be upon him) concerning Me then (answer them) I am indeed near (to them by My knowledge). I respond to the invocations of the supplicant when he calls on Me (without any mediator or intercessor). So let them obey Me and believe in Me, so that they may be led aright.] (Al-Baqarah 2:186)

Finally, let your other objective in Ramadan be to set your head free from things that can take you to Hellfire, by doing all the aforementioned things; they are so easy for those for whom Allah makes them easy.


--------------------------------------------------------------------------------

* Ali Al-Halawani is a Ph.D. Student, the managing editor of the Shari`ah Department (English), and Assistant to the Editor-in-Chief of the English IslamOnline Web site. He graduated from Al-Azhar University and got his MA in religious translation from the Faculty of Al-Alsun (Languages), Al-Minia University. He writes occasionally for Islamonline.net.

Monday, October 17, 2005

Di Mana Cantiknya Seorang Muslimah?





Mungkin pada sepasang matanya yang hening yang selalu
menjeling tajam atau yang kadang kala malu-malu
memberikan kerlingan manja. Boleh jadi pada bibirnya
yang tak jemu-jemu menyerlahkan senyuman manis, atau
yang sekali-sekala memberikan kucupan mesra di dahi
umi juga, ayah, suami dan pipi munggil anak-anak. Atau
mungkin juga pada hilai tawanya yang gemersik dan
suara manjanya yang boleh melembut sekaligus
melembutkan perasaan. Sejuta perkataan belum cukup
untuk menceritakan kecantikan perempuan. Sejuta malah
berjuta-juta kali ganda perkataan pun masih belum
cukup untuk mendefinisikan tentang keindahan
perempuan.

Kitalah perempuan itu. Panjatkan kesyukuran kehadrat
Tuhan kerana menjadikan kita perempuan dan memberikan
keindahan-keindahan itu. Namun, betapa pun dijaga,
dipelihara, dibelai dan ditatap di hadapan cermin
saban waktu, tiba masanya segalanya akan pergi jua.
Wajah akan suram, mata akan kelam.

Satu sahaja yang tidak akan dimamah usia, sifat
keperempuanan yang dipupuk dengan iman dan ibadah.

Anda ingin lebih cantik dan menarik ???

# Jadikanlah Ghadhdul Bashar (menundukkan pandangan)
sebagai "hiasan mata" anda, nescaya akan semakin
bening dan jernih
.

# Oleskan "lipstik kejujuran" pada bibir anda, nescaya
akan semakin manis.

# Gunakanlah "pemerah pipi" anda dengan kosmetik yang
terbuat dari rasa malu yang dibuat dari salon Iman.


# Pakailah "sabun Istighfar" yang menghilangkan semua
dosa dan kesalahan yang anda lakukan.

# Rawatlah rambut anda dengan "Selendang Islami" yang
akan menghilangkan kelemumur pandangan lelaki yang
merbahayakan.


# Hiasilah kedua tangan anda dengan gelang Tawadhu'
dan jari-jari anda dengan cincin Ukhuwwah.

# Sebaik-baiknya kalung anda adalah kalung "kesucian".

# Bedaklah wajah anda dengan "air Wudhu" nescaya akan
bercahaya di akhirat.

Friday, October 14, 2005

Strezzz

Ya Allah.. Strezzznyerrrr.... mcm ana kerja jaga satu kompany gitu........................................................................ tk tau lah leh cope ke tk..............................................................................

Thursday, October 13, 2005

IBNU SINA - Bapa Kedoktoran Dunia

IBNU SINA - Bapa Kedoktoran Dunia


Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap Ibnu
Sina, yang lebih dikenal sebagai "Aviciena" oleh masyarakat barat.
Dia adalah salah seorang tokoh terbesar sepanjang zaman, seorang
genius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Dia lah pembuat
ensiklopedi terkemuka dan pakar dalam bidang Kedokteran, Filsafat,
Logika, Matematika, Astronomi, musik, dan puisi.

Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M / 370 H di Afshinah, sebuah
desa kecil tempat asal ibunya, di dekat Bukhara. Ayahnya, Abdullah,
adalah seorang Gubernur Samanite yang kemudian ditugaskan di
Bukhara. Sejak kecil ia telah memperlihatkan intelegensinya yang
cemerlang dan kemajuan yang luar biasa dalam menerima pendidikan, ia
telah hafal al-Qur'an pada usia 10 tahun.


Nama Ibnu Sina semakin melonjak tatkala ia mampu menyembuhkan
penyakit raja Bukhara, Nooh ibnu Mansoor. Saat itu ia baru berusia
17 tahun. Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap
di istana, setidaknya sementara selama sang raja dalam proses
penyembuhan. Namun Ibnu Sina menolaknya dengan halus. Sebagai
imbalan ia hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan
kerajaan yang kuno dan antik. Tujuannya adalah mencari berbagai
referensi dasar untuk menambah ilmunya agar lebih luas dan
berkembang. Kemampuan ibnu Sina yang cepat menyerap berbagai cabang
ilmu pengetahuan membuatnya menguasai berbagai macam materi
intelektual dari perpustakaan Kerajaan pada usia 21.


Setelah ayahnya wafat, ia meninggalkan Bukhara karena gangguan
politik dan pergi ke kota Gorgan, yang tekenal dengan kebudayaannya
yang tinggi. Dia diundang dengan tulus oleh Raja Khawarizm,
pelindung besar kebudayaan dan pendidikan. Di Gorgan ia membuka
praktek dokter, bergerak dalam bidang pendidikan, dan menulis buku.
Setelah itu, Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalannya, antara lain ke
Kota Ravy dan Kota Hamadan.

Sampai kini ilmunya yang ditulis dalam buku "Al Qanun Fi al-Tib"
tetap menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan
dunia. Karena itu Ibnu Sina menjadi bagian tak terpisahkan dari
perkembangan ilmu kedokteran dunia. Bukunya "Al
Qanun" "diterjemahkan" menjadi "The Cannon" oleh pihak Barat, yang
kemudian menjadi rujukan banyak ilmuwan abad pertengahan. Buku itu
diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang
pengobatan dan obat-obatan. Bahkan diperkenalkan penyembuhan secara
sistematis dan dijadikan rujukan selama tujuh abad kemudian (sampai
abad ke-17).

Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat kembali di kota yang
disukainya, Hamadan. Walau ia sudah meninggal, namun berbagai
ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit yang kini diderita umat manusia.



~ORANG ASING~


Orang yang asing itu, bukan orang asing yang datang dari Syam ataupun Yaman

Tapi yang asing itu adalah 'liang lahat' dan 'kain kafan'

Orang yang asing itu punya hak atas kererasingannya

Atas mereka yang tinggal di negeri-negeri dan rumah


Janganlah menghardik orang asing di tengah keterasingannya

Zaman menghardiknya dengan kehinaan dan berbagai macam ujian


Perjalananku jauh sementara bekalku belum cukup

Kekuatanku semakin melemah, sementara maut senantiasa mencariku

Dan aku masih memiliki sisa-sisa dosaku yang tidak aku ketahui

Allah lah yang mengetahui dosa-dosa, yang tersembunyi dan yang nyata



Alangkah bijaksananya Allah terhadapku, sedangkan aku menyia-nyiakan diriku sendiri

Aku terus-menerus berbuat dosa, sementara Dia senantiasa menutupi (dosa-dosa)ku

Aku sugguh-sungguh telah menutup pintu agar bebas berbuat maksiat

Padahal mata Allah melihatku


Ketergelinciran yang kucatat dalam kelalaian telah pergi

Alangkah meruginya! Seandainya ia kekal dalam hati, pasti akan membakarku

Monday, October 10, 2005

memikir pjg

Assalamualaikum...
Segala pujian bagi Allah... Ya Allah aku sgt bersyukur krn dpt bertemu dgn bln yg penuh barokah, marghfiroh dan kemuliaan. Ya Allah bantunilah aku menjalani ibadah puasa dgn penuh ikhlas dan tawadhu'..jgnlah aku malas dan lalai. Ya Allah..pertemukan aku dgn lailatuk qadar.. Smg selepas bln ini dpt lah aku jadi org yg lbh baik drpd semlm... Smg aku dpt beristiqomah.. Mmg susah bagi hambamu ini.. tapi satu ujian bgku tanda kasihMu..
Selawat dan salam ke atas Nabi yg ummi..yg terpilih...yg memberi syafaat kpd ummatnya... dan keselamtan juga ke atas keluarganya dan sahabat2nya.

bagaimana masa dpnku? cerah tau tidak? mmglah satu impian dan cita2ku utk memasuki Pergas, mengambil dip. Fikir2 balik.. mungkin susah utk layak memasukinya dan yurannyer pon mahal.masa 3 tahun ni kenalah cari duit.. tkkan lah nk hrp bapak ana jer. brlumba-lumba mengejar ilmu yg bermanfaat... byk yg ana harus tahu... terlalu byk. ana harus beriktikad tuk berkerja keras. demi ilmu Allah.