Wednesday, December 28, 2005

Haid Baca Quran?

Haid Baca Quran? Image hosted by Photobucket.com
Apa hukum seorang wanita yang sedang menstruasi/haid membaca qu‘an. Mohon dijelaskan beserta dalilnya?

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Wanita yang sedang haidh termasuk orang yang sedang tidak suci. Dan bagi mereka, dilarang untuk memegang mushaf Al-Quran, membacanya dan memasuki masjid.

1. Menyentuh Mushaf AL-Quran

Sedangkan yang berkaitan dengan larangan menyentuh mushaf dalilnya adalah ayat Al-Quran surat Al-Qaqiah ayat 79:

"Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci."

Jumhur Ulama sepakat bahwa orang yang berhadats besar termasuk juga orang yang haidh dilarang menyentuh mushaf Al-Quran.

2. Membaca Al-Quran

Sedangkan untuk membaca Al-Quran, jumhur ulama mengatakan tidak boleh bila sedang haidh. Dasarnya adalah hadits Ali bahwa dia berkata,

"Rasulullah SAW tidak terhalang dari membaca AL-Quran kecuali dalam keadaan junub."

Namun ada pula pendapat yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Quran dengan catatan tidak menyentuh mushaf dan takut lupa akan hafalannya bila masa haidhnya terlalu lama. Juga dalam membacanya tidak terlalu banyak.

Pendapat ini adalah pendapat Malik. Demikian disebutkan dalam Bidayatul Mujtahid jilid 1 hal 133.


3. Masuk Masjid

Orang yang haidh dan dalam keadaan junub dilarang masuk masjid. Hal itu didasarkan pada hadits Rasulullah SAW:

Dari Aisyah RA. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh" HR. Bukhori, Abu Daud dan Ibnu Khuzaemah.

Monday, December 19, 2005

ikutan bg pasangan..

Image hosted by Photobucket.com

Saudaraku.............
Nikah itu ibadah
Nikah itu suci ingat itu
Memang nikah itu boleh karena harta, boleh karena kecantikan,
boleh karena keturunan,
dan boleh karena agama.

Jangan engkau jadikan harta, keturunan -
maupun kecantikan sebagai alasan
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan
Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Saudaraku..........
Tidak dipungkiri, bahwa keluarga terbentuk karena cinta
Namun
Jika cinta engkau jadikan sebgai landasan, maka keluargamu
akan rapuh, akan mudah hancur. Jadikanlah " ALLAH " sebagai
landasan
Niscaya engkau akan selamat
Tidak saja dunia, tapi juga akherot
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan
Niscaya Mawaddah (kasih), Sakinah (ketentraman)
dan Rahmah (sayang) akan tercapai.

Saudaraku...........
Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban,
karena istri tercinta tidak mendengar kedatangannya.
Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika
lapar,
Menjahit bajunya yang robek

Saudaraku............
Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu
Jika itu engaku lakukan akan celaka
Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam & yang putih, tidak akan
dapat melihat yang benar & yang salah
Lihatlah bagaimana Allah
menegur " Nabi "-mu tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan,
hanya karena menuruti kemauan istri.
Tegaslah terhadap istrimu
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth
Di bawah bimbingan manusia pilihan,
justru mereka menjadi penentang
Istrimu boleh menjadi musuhmu
Didiklah istrimu
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama -
yang taat terhadap tugas dakwah suami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama -
yang dapat menjaga kehormatannya
Jadikan dia sebagai Khadijah, wanita utama yang dapat mendampingi suami
Muhammad saw menerima tugas risalah
Istrimu adalah tanggung jawabmu
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah
Biarkan mereka menjadi wanita solehah
Biarkan mereka menjadiHajar atau Maryam
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu

Saudaraku.......
Jika engkau menjadi istri
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah
siapkan dirimu untuk menjadi Hajar,
yang setia terhadap tugas suami
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam,
yang dapat menjaga kehormatannya
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah,
yang mendampingi suami menjalankan misi.
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu
Jika itu kau lakukan
Kecintaannya terhadapmu
akan memaksanya menjadi pendurhaka, jangan

Saudaraku........
Jika engaku menjadi Ayah
Jadilah Ayah yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah Ayah yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah Ayah yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah
Ajaklah mereka taat kepada Allah
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yg durhaka.
Mohonlah kepada Allah
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak
yang soleh
Anak yang dapat membawa kebahagiaan.

Saudaraku........
Jika engkau menjadi ibu
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu
Jadikanlah mereka mujahid
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah
Jangan biarkan mereka bermanja-manja
Jangan biarkan mereka bermalas-malas
Siapkan mereka untuk menjadi hamba yang soleh
Hamba yang siap menegakkan Risalah Islam.

Bida 'ah

Rasulullah saw ketika berkhutbah pernah bersabda sebagaimana yg diriwayatkan oleh An-Nasaai :

‏ ‏من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له إن أصدق الحديث كتاب الله وأحسن الهدي هدي ‏ ‏محمد ‏ ‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ‏ ‏وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
".....Sesiapa yg diberi oleh Allah petunjuk maka tidak ada sesiapa yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang telah disesatkan oleh Allah maka tidak ada sesiapa yang dapat memberi pentunjuk kepadanya. Dan sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah dari Kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk ialah Nabi Muhammad saw. Dan seburuk-buruk kejahatan adalah mereka-reka (pembaharuan didalam agama) dan setiap rekaan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah tempatnya didalam neraka...."
- An-Nasaai.

Perkataan Bid'ah merupakan suatu istilah sensitif dikalangan orang-orang Islam khususnya di Malaysia. Dalam istilah Inggeris ia di panggil 'Innovation' atau jika diMelayukan menjadi inovasi. Dengan kata lain ia membawa maksud - inovasi, rekaan atau ciptaan baru. Menurut Sheikh Ali Mahfudz didalam kitabnya Al Ibda' fi Madharil Ibtida'[1] berkata bahawa bid'ah boleh dilihat dari segi bahasa dan istilah. Dari segi bahasa ia bermakna :

ماخلق من غير مثال سابق
"Segala sesuatu yang diciptakan dengan tidak didahului contoh-contoh"

Manakala dari segi istilah pula ia bermaksud :

البدعة هي عبارة عن طريقة في الدين تضاهي الشرعية يقصد بلسلوك عليها المبالغة في اليتعبد الله سبحانه وتعالى
"Bid'ah ialah suatu ibarat yang berkisar pada masalah-masalah agama. Dilakukannya menyerupai syariat dengan cara yang berlebihan dalam mengabdikan kepada Allah swt."

Keterangan diatas amat terang dan jelas menceritakan bid'ah secara ringkasnya. Sepertimana yg dinyatakan didalam hadis diatas tadi dimana 'seburuk-buruk kejahatan ialah mereka-reka' (‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ) telah membangkit beberapa perkumpulan ulama' mencari skop dan had-had istilah 'mereka-reka' itu sendiri. Didalam mendefinasikan ruang lingkup bid'ah atau rekaan-rekaan didalam agama Islam telah mengakibatkan tercetusnya pelbagai-bagai pegangan, baik yg menolak 'semua bid'ah dan mengatakan semuanya sesat' atau kumpulan-kumpulan yg membuat pembahagian terhadap bid'ah (kelasifikasi bid'ah) itu sendiri, malah ada juga yg mengamalkan sesuatu bid'ah tanpa berdasarkan kepada dalil-dalil yg kuat.

Memang tidak boleh dinafikan terdapatnya pelbagai unsur-unsur negatif yg timbul dari pertembungan ini. Perkara-perkara ini lah yg harus kita elakkan agar ia tidak menjadikan kesesatan yg amat nyata. Contoh-contoh budaya negatif adalah seperti :

1. Cemuhan-cemuhan tanpa segan silu dilakukan terhadap ulama'-ulama' tersebut. Fitnah menfitnah ulama'. Ulama sudah tidak dihormati lagi. Akhlak perbincangan seakan-akan sudah tiada lagi.

2. Cemuhan terhadap orang-orang Islam sendiri dan berakhir dengan perkelahian. Perdebatan yg membakar semangat perkelahian yg didorong oleh kemarahan yg tidak dapat dikawal. Perdebatan yg diasaskan dengan nafsu, ingin menegakkan benang basah. Jauh sekali dari keikhlas didalam agama!

3. Mendakwa seseorang ulama' ini berkata demikan tetapi sebenar ulama tidak pernah berkata begitu. Ini juga termasuk didalam memalsukan kenyataan ulama. Contohnya, Imam Syafie kan berkata perkara ini sunat, wal hal tak pula kedapatan didalam kitab Imam Syafie. Tak tahulah Syafie mana yg dirujukkannya?

4. Lebih bahaya lagi memalsukan hadis Rasulullah saw. Contohnya, kalau orang awam akan berkata :"Inikan sunnah Nabi", tetapi Rasulullah saw tidak pernah berkata demikan (pandai-pandai nak melibatkan nama Rasulullah saw tanpa usul periksa!), dan golongan-golongan oportunis pula akan memalsukan hadis-hadis nabi, dengan lahirnya hadis-hadis mawdhu'. Ini semua suatu penipuan terhadap Rasulullah saw!

5. Semua orang jadi ulama'. Masing-masing dah pandai mengeluarkan fatwa-fatwa tanpa ilmu dan tanpa sedikit pun perasaan takut akan azab Allah swt
.


Pergeseran dan pertembungan dua budaya ini sebenar merupakan pergesaran ilmu dan hujah yg amat hebat sekali. Terdapat ilmu perbandingan yg amat berharga dilahirkan. Ulama' mana yg nak menyesat manusia? Hanya ulama'-ulama' yg mempunyai kepentingan dunia sahaja yg melakukannya. Ada juga yg disebabkan oleh faktor-faktor tekanan, asasnya 'cinta pada dunia dan benci kepada maut'. Apabila dilihat konflik ini secara positif, maka dapatlah kita senarai beberapa pengajaran yg boleh kita ambil seperti :

1) Meninggalkan budaya Pak Turut - Budaya ini memang tak dapat dipisahkan kepada mereka yg begitu 'sensitif tak menentu' mengenai isu bid'ah ini. Mereka tak boleh terima perkara baru didalam hidup mereka. Sekurang-kurangnya konflik ini dapat memecahkan sikap pak turut seperti "Guru saya kata atau Ustaz itu kata perkara ini sunat!" kepada sikap keterbukaan. Tepuk dada, tanya ilmu. Kita wujudkan budaya Pak Siasat, Pak Ingin Tahu dan sebagainya.

2) Peningkatan didalam budaya merujuk. Mempelajari konflik ini membuat seseorang Islam ini banyak melakukan rujukan. Contohnya, Sembahyang tasbih; kita akan ketemu pelbagai-bagai pendapat yg membolehkan dan menolak sembahyang tasbih. Ini menjadikan kita lebih peka dan 'original' didalam ibadat yg kita lakukan.Ia menggalakkan masyarakat Islam mewujudkan budaya 'penyelidikkan' disamping meningkat ilmu pengetahuan. Didalam melakukan rujukan, maka timbullah teknik-teknik seperti 'citation indexing', siapa yg merujuk siapa?; proses atau langkah yg diambil apabila melakukan pencarian 'rujukan keatas rujukan'. Maka timbullah minat mengetahui dan membaca kitab-kitab asal sesuatu persoalan itu. Kalau dilihat dari segi subjek, bidang 'citation indexing' terhadap bahan-bahan bacaan Islam belum ada lagi. Maka usaha-usaha perlu digembelingkan kearah mewujudkan alat-alat rujukan tersebut.

3) Ulama' pewaris Nabi - Ia mewujudkan budaya merujuk kepada rujukan ulama. Ulama tempat merujuk. Timbul budaya ulama' mana yg berkata begitu. Bagaimana mana cara 'argument' atau hujah mereka. Bagaimana ulama itu boleh berijtihad dengan hukum itu? Budaya ini membuatkan nama-nama ulama'-ulama' silam seperti Imam Malik, Imam Syafie, Ibnu Taimiyah dan sebagainya dirujuk dan disebut sehingga kini. Tanpa sumbangan ulama'-ulama' ini, tak kemana keislaman kita. Maka timbullah kecintaan kepada para ulama'-ulama'.

4) Memperbaiki qualiti ibadah. - Konflik ini membuat seseorang Islam itu mendalami ilmu ibadah mereka. Rujukan-rujukan ulama' seperti buku yg menyentuh 'Bagaimana Rasulullah sembahyang?', 'Ibadah Haji seperti Rasulullah' dan sebagainnya memberi ilmu yg 'genuine' atau asli kepada si pembaca tadi. Kita dapat ketahui melalui nas-nas dan perbincangan ulama' asal-usul, kaifiyat-kaifiyat, fadilat-fadilat sesuatu ibadah itu secara betul dan bukannya 'membuta tuli' sahaja. Dapatlah kita mengetahui dengan secara detail sesuatu ibadat itu dilaksanakan.

5) Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi saw - Konflik ini akan menggembalikan kita kepada rujukan utama kita, iaitu Al-Quran sunnah Rasulullah saw. Rujukan kepada ayat-ayat Al-Quran dan hadis Rasulullah akan dilakukan apabila timbulnya sesuatu konflik ini. Dalam mempelajari ilmu hadis ini, maka tahulah kita darjat-darjat sesuatu hadis itu dan sebagainya.Tahulah kita mana hadis-hadis yg dipalsukan atau yg tersangat daif.

Petikan dari bab terakhir dari buku (حجة النبي صلى الله عليه و سلم كما رواها جابر رضي الله عنه )Haji Nabi saw sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir r.a. didalam Bab - 'Bid'ah mengenai Ibadah Haji dan ziarah ke Madinatul Munawwara, dan Baitul Maqdis, mukasurat 100-105.[4]

Saya (Al-Albaani)telah menambah didalam penghujung buku, perkara mengenai bidaah berhubung dengan ibadat Haji dan lawatan ke Madinatul Munawarah dan Baitul Maqdis, dimana tidak ramai orang-orang mengetahui mengenai perkara ini dan telah jatuh kedalamnya - maka saya ingin menasihatkan mereka dengan menerangkan dan memberi peringatan terhadap perkara ini - sebagaimana Allah tidak menerima apa-apa amalan melainkan dipenuhi 2 syarat [di bawah] :

Pertama : Ia dilakukan dengan penuh ikhlas kerana Allah Azza wa Jalla.

Kedua : Ia mestilah betul - dan ia tidak akan betul (sahih) sehingga ia bertepatan dengan Sunnah, tidak bertentangan dengannya - dan sebagaimana dipersetujui oleh ulama'-ulama'- apa-apa yg didakwa oleh seseorang mengenai perbuatan yg Rasullulah tidak menjelaskan melalui Hadisnya, (yg tidak membawa dekat kepadanya) -- membawa kepada dekat dengan Allah apabila melakukan - maka ia bertentangan dengan Sunnah sebagaimana
Sunnahnya terdiri dari dua jenis :

(a) Sunnah perbuatan (Sunnah Fi'liyyah - سنة فعلية perbuatan yg dilakukan) dan

(b) Sunnah ditinggallkan (Sunnah Tarkiyyah) - سنة تركية perbuatan yg dia tidak lakukan)

Perkara yg berkisar mengenai ibadat, yg ditinggalkan oleh Rasullulah - maka menjadi sunnah untuk meninggalkan nya - misalnya - Azan pada sembahyang dua hari raya dan semasa mengkebumikan mayat, walaupun ia memulia dan menyebut nama Allah, ia tidak dibenarkan walaupun ia bermakna mendekati diri dengan Allah Azza wa Jalla, dan bahawasanya ia disebabkan sesuatu yg Rasullulah saw meninggalkannya - dan telah faham pada peringkat ini oleh sahabat-sahabatnya - dan Huzaufah Ibnu
Al-Yamaan ra berkata :


كل عبادة لم يتعبدها أصحاب رسول الله صلى الله علي وسلم فلا تعبدوها
"Setiap ibadah yg tidak dilakukan oleh sahabat Rasulullah saw, maka janganlah melakukannya"

Dan berkata Ibnu Mas'ud :

اتبعوا ولا تبدعوا، فقد كفيتم عليكم بالأمر العتيق
"Ikutlah (sunnah) dan jangan menambah, dan telah cukup bagi kamu - perbuatan yg lama (kekal dengan cara lama)"

Maka beruntunglah mereka yg Allah beri peluang untuk melakukan ibadah dengan mengikuti Sunnah Nabi saw dan tidak mencampurkannya dengan bid'ah - untuk mereka itu khabaran penerimaan Allah ketas ketaatannya - dan keizinannya ke Syurga. Allah menjadikan dari mereka yg mendengar perkataan-perkataan dan mengikuti yg terbaik.

Dan ketahuilah bahawa bidaah ini boleh didapati dari faktor-faktor berikut :

(i) Hadis Da'if (lemah) - dimana tidak benarkan penggunaannya sebagai dalil, atau ianya, menurut kata-kata anda, dibenarkan mengamalkannya , sebagaimana yg telah saya jelaskan didalam Muqadimah buku 'Sifat Solat Un-Nabi' (sifat-sifat sembahyang nabi) - dan ini mazhab (pegangan) jemaah dari ahli ilmu - dari mereka Ibnu Taimiyyah.

(ii) Hadis Palsu (Mawdhu') - atau tidak ada apa-apa asasnya - beberapa fuqaha' masih tidak mengetahui mengenai keadaan kebenarannya - dan maka berdasarkan hukum agama terhadapnya - ia telah menjadi punca utama bidaah dan perbuatan baru!

(iii) Ijtihad beberapa fuqaha' atau sesesuatu perkara yg dicadangkan - khusus dikalangan muthakhir - tidak berasaskan apa-apa bukti (dari Al-Quran & Hadis), dari menggangapnya sebagai perkara yg bercanggah - sehingga ia menjadi Sunnah yg di ikuti! Dan ini tidak mungkin tersembunyi dari seorang yg mendalami agamanya, sesungguhnya tidak betul mengikut perkata tersebut, tidak ada perkara yg sebahagian dari Shariah melainkan dari Allah, dan tidak mencukupi untuk seseorang itu membuat sesuatu yg diingini, dan bahawa Allah tidak akan mengazabnya kerana perkata itu, Tetapi bagi mereka yg mengambil sesuatu yg dianggap sebagai sunnah, maka pasti tidak! Dan bagaimana ia boleh terjadi apabila ada beberapa perkara mencanggah dengan sunnah, sebagaimana akan dinyatakan kemudiannya - dengan izin Allah.

(iv) Adat dan kepercayaan kurafat yg mana tiada dalil dalam Shariah, dan tidak disokong oleh aqal, sehingga jika ada dikalangan mereka yg jahil mengambilnya sebagai sebahagian dari shariah, kadangkala menjari sokongan dari yg lain, kadang kala ada yg mengakui dari mereka yg 'alim yg sebenarnya mempunyai penampilannya.

Maka kamu seharusnya tahu betapa bahaya bid'ah ini bukanlah satu tahap sahaja, bahkan ia mempunyai peringkat-peringkat. Ada diantaranya syirik dan kufur yg jelas (sarih), sebagaimana yg kamu akan lihat, dan sebahagiannya kurang dari itu, walau bagaimana pun, kamu mesti berjaga sekecil-kecil bid'ah yg seseorang itu bawa kedalam agama adalah haram setelah ia didedahkan sebagai bid'ah, sebagaimana tidak ada bid'ah yg makruh sahaja, sebagaimana beberapa orang yg berfikir, dan bagaimana ini boleh terjadi sedangkan Rasulullah saw bersabda :

كل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار
"Setiap bid'ah itu sesat. Dan setiap yg sesat akan ke neraka."

Itu kepada mereka yg melakukan. Dan Imam As-Syatibee telah menjelaskan dengan sepenuhnya perkara ini didalam buku pentingnya 'Al-I'tisaam', dan kerana bid'ah ini sesuatu yg merbahaya, dan kebanyakkan orang masih lalai dengannya, melainkan kebanyakkan kecil mereka yg ahli ilmu, dan cukup untuk membuktikan betapa serius bid'ah tersebut sebagaimana didalam sabda Nabi saw :

إن الله حجب التوبة عن كل صاحب بدعة، حتى يدع بدعته ـ رواه الطبراني والضياء المقدسي في الأحادث المختارة
"Sesungguhnya Allah tidak menerima Taubat kepada sesiapa yg melakukan bid'ah, sehingga ia meninggalkan bid'ah" Diriwayatkan oleh Tabrani . dan Ad-Diyaa Al-Maqdisi didalam 'Al-Hadith Al-Mukhtaarah' dan lain-lain , dengan Shahih Isnad, dan dijelaskan oleh Al-Munzari sebagai Hasan.

Dan saya mengakhiri dengan beberapa patah nasihat yg ingin saya sampaikan kepada pembaca dari Imam Besar dan Ulama' Islam terawal, Sheikh Hasan bin Ali Al-Barbaharee, salah seorang dari pengikut Imam Ahmad, yg meninggal pd tahun 329 hijrah, berkata Rahimullahu ta'ala:

"Dan awas dengan sekecil-kecil perkara yg diadakan, sebagaimana bid'ah kecil hasil dari dilakukan berulang kali sehingga menjadi bid'ah yg besar, dan didalam perjalanan itu setiap bid'ah diperkenalkan kepada Ummah bermula dengan bid'ah kecil - berupa seperti sesuatu perkara yg benar dan ianya jatuh kedalamnya, sehingga ia tidak mampu meninggalkannya, ada diantaranya membesar dan menjadi sebahagian dari agama, diamalkan sedemikian. Maka lihatlah dengan rahmat Allah, setiap apa yg orang dizaman kamu berkata dan jangan menerimanya sehingga kamu bertanya dan menyelidikinya: Apakah terdapatnya sahabat atau ulama' bercakap mengenainya, maka jika kamu jumpa riwayat dari mereka, maka terimalah dan jangan tinggal ia untuk sesuatu, dan jangan mendahulukan apa-apa, dan jangan dahulukan apa-apa keatasnya dan sehingga jatuh kepada api neraka."

Dan kamu harus tahu, moga-moga Rahmat Alah terhadapmu, bahawa tidak sempurna islam hambanya sehingga mengikut (dgn dalil), membenarkan dan menyerah (kepada kebenaran). Maka barang siapa yg mendakwa bahawa apa-apa yg tinggal dalam Islam yg mana shabat Rasulullah tidak menerangkan sepenuhnya kepada kami, maka dia telah mencipta satu penipuan terhadap mereka, sesat dan menyesatkan, mengadakan sesuatu didalam Islam apa yg bukan miliknya.
Semoga Rahmat Allah keatas Imam Malik yg berkata :


لا يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به اولها، فما لم يكن يومئذ دينا، لايكون اليوم دينا
"Tidak akan betul ini umat melainkan dibetulkan pada permulaannya, maka tidak ia sebahagian dari agama, tidak [terdapat] ia didalam agama hari ini"

Dan Nabi saw berkata :

ما تركت شيئا يقربكم إلى الله إلا وقد أمرتكم به، وما تركت شيئا يبعدكم عن الله ويقربكم إلى النار، إلا نهيتكم عنه
"Saya tidak meninggalkan apa-apa yg boleh membawa kamu hampir kepada Allah, melainkan saya telah perintahkan kamu dengannya. Dan saya tidak meninggalkan apa-apa yg boleh menjauhkan kamu dari Allah dan membawa kamu ke Api neraka melainkan apa yg dilarangkan keatas kamu"

Semua pujian kepada Allah yg mana ni'matnya kebaikannya telah sempurna.

---------------
Rujukan:

1. Sheikh Ali Mahfuz. Al Ibda fi Madharil Ibtida'. Kaherah : Darul I'tisham Al-Azhar.
(cetakan ke 3).

2. Usul ke 11 - Syahid Hasan Al-Bana. http://www.geocities.com/Athens/Delphi/6035/bidaah1.html

3. Mohd Radzi Othman dan O.K. Rahmat. Gerakan Pembaharuan Islam.
http://www.lib.usm.my/press/Moro/MORO1h.html
Pulau Pinang : Universiti Sains Malaysia.

4. Sheikh Nasyiruddin Al-Albani. Hujatun Nabi saw kama rawaaha Jaabir r.a.
Beirut : Maktab Al-Islami, 1985. (cetakan ke 7)

Saturday, December 10, 2005

Fatwa al- Quradhawi: Tiada Bidaah Hasanah

Apakah ada di dalam urusan agama apa yang dinamakan sebagai bidaah hasanah? Persoalan ini cuba dikupas oleh Sdr. Zain y.s dalam laman web alahkam. com. Menarik tulisan ini kerana penulis juga merujuk fatwa ulama terkenal masa kini, Syeikh Yusof al- Qaradhawi yang dirujuk kepada Sumber: Islamonline.net. Kami kongsikan tulisan tersebut dengan pembaca. - Editor.

Sering dikatakan bahawa membukukan al-Quran dan al-Hadis itu sebagai bidaah hasanah. Bila Nabi yang mulia s.a.w. menyatakan “Sesungguhnya setiap bidaah itu saiyi'ah/keji”, maka apakah mungkin ada bidaah lain dari bidaah yang keji. Apakah ada apa yang dinamakan sebagai bidaah hasanah.

Dalam suatu perkara, apabila ada di sana dalil yang boleh disandarkan, sama ada secara umum atau secara khusus apakah perkara itu kita masih lagi mahu menamakannya sebagai bidaah... tetapi bidaah hasanah.

Apabila membukukan hadis itu ada petunjuk dari syarak secara umum, maka mengapa kita menamakannya sebagai bidaah, tetapi hasanah. Bila kerja-kerja menyusun ilmu usul fikah yang tidak ada pada zaman nabi s.a.w. dilakukan tetapi ada petunjuk dari syariat yang menganjurkan apakah dapat kita katakan ia sebagai bidaah.

Semua itu bukan bidaah, sama ada hasanah atau wajibah atau mandubah (sunat) atau apa sahaja. Ia bukanlah perkara yang direka-reka dalam hal agama, tetapi ia memang ada di dalam agama.

Mengatakan sesuatu yang memang ada petunjuknya di dalam agama sebagai bidaah baik dikatakan sebagai hasanah atau apa sahaja adalah suatu perkara yang ganjil dan pelik. Kerana bidaah dan tidak bidaah adalah dua perkara yang saling bertolak ke belakang.

Saling bertentangan yang tak mungkin bersatu. Apabila ia memang sesuatu yang direka-reka dalam agama, maka ia adalah bidaah. Bidaah hanya satu.. dholalah. Apabila ada petunjuknya maka ia adalah bukan bidaah.

Berikut ini adalah fatwa Syeikh Yusof al-Qaradhawi berkaitan dengan bidaah dan komentarnya mengenai pembahagian bidaah. Juga penjelasan di sekitar maksud sebahagian ulama membahagikan bidaah kepada beberapa macam.

Soal: Apakah dia pembahagian bidaah? Adakah benar di sana terdapat bidaah hasanah (baik) dan bidaah saiyi'ah (keji)?

Jawab: Berlaku pertentangan pendapat antara kalangan ulama tentang pembahagian bidaah. Sebahagian mereka membahagikannya kepada bidaah hasanah dan bidaah saiyi'ah. Sebahagiannya pula menjadikan bidaah kepada lima bahagian seperti hukum syar'i. Semua pembahagian ini tidak ada asalnya. Kerana hadis s.a.w. menyatakan: “Setiap bidaah itu dhalalah.” Ia adalah sesuatu yang diada-adakan yang tidak berada di bawah mana-mana asal atau sumber dari sumber-sumber tasyri' (pensyariatan) atau ia bukanlah perkara yang ada dalilnya dari mana-mana dalil hukum.