Hukuman Menghina Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam
Bentuk-Bentuk Menghina Rasul
Imam Ibnu Taimiyah dalam bukunya "Ash Sharim Al Maslul 'ala Syatimi Ar Rasul" telah menjelaskan batasan tentang tindakan orang-orang yang menghina Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam sebagai berikut:
"Kata-kata yang bertujuan menyalahkan, merendahkan martabatnya, kemudian melaknat, menjelek-jelekkan, menuduh Rasululullah Sallallahu 'alaihi wa sallam tidak adil, meremehkan serta mengolok-olok Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam"
Ibnu Taimiyah menukil pendapat Al Qadhi 'Iyadh yang menjelaskan bentuk-bentuk penghinaan Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam sebagai berikut:
"Orang-orang yang menghina Rasululah Sallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang yang mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam ada kekurangan atau mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya. Selain itu, juga menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia, menentang atau menyerupakan Rasululah Sallallahu 'alahi wa sallam dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, mengecilkan, memburuk-burukkan dan mencari-cari kesalahannya. Maka orang tersebut adalah yang orang yang telah menghina Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam terhadap orang tersebut, ia perlu dibunuh . . ."
Hukuman mati
Imam Asy Syaukani menukil pendapat para fuqaha antara lain pendapat Imam Malik yang mengatakan bahawa orang kafir zimmi seperti Yahudi, Nasrani, dan sebagainya, yang menghina Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam terhadap mereka perlu dijatuhi hukuman mati, kecuali apabila mereka bertaubat dan masuk Islam. Sedangkan bagi seorang Muslim, ia harus dilaksanakan tanpa diterima taubatnya. Imam Asy Syaukani mengatakan bahawa pendapat tersebut sama dengan pendapat Imam Syafi'i dan Imam Hambali.
Imam Asy Syaukani dalam kitab "Nailul Authar" jilid VII, halaman 213-215, mengemukakan dua hadis tentang hukuman bagi penghinaan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'anhu yang berbunyi:
"Bahawa ada seorang wanita yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam (oleh kerana perbuatannya itu), maka perempuan itu telah dicekik sampai mati oleh seorang lelaki. Ternyata Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam menghalalkan darahnya". (HR Abu Daud)
Ibnu Abbas telah meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi, bahawa ada seorang lelaki buta yang isterinya sentiasa mencela dan menjelek-jelekkan Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam. Lelaki itu berusaha melarang dan memperingatkan agar isterinya itu tidak melakukannya. Sampai pada suatu malam (seperti biasanya) isterinya itu mulai lagi mencela dan menjelek-jelekkan Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam. (Merasa tidak tahan lagi), lelaki itu lalu mengambil kapak kemudian dia tebaskan ke perut isterinya dan ia hunjamkan dalam-dalam sampai isterinya itu mati. Keesokan harinya, turun pemberitahuan dari Allah Subhanahu wa ta'ala kepada Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam yang menjelaskan kejadian tersebut. Lantas, hari itu juga Baginda Sallallahu 'alaihi wa sallam mengumpulkan kaum muslimin dan bersabda:
"Dengan menyebut asma Allah, aku minta orang yang melakukannya, yang sesungguhnya tindakan itu adalah hakku; mohon ia berdiri."
Kemudian (kulihat) lelaki buta itu berdiri dan berjalan dengan meraba-raba sampai ia turun di hadapan Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam, kemudian ia duduk seraya berkata:
"Akulah suami yang melakukan hal tersebut ya Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam. Ku lakukan hal tersebut kerana ia sentiasa mencela dan menjelek-jelekkan dirimu. Aku telah berusaha melarang dan selalu mengingatkannya, tetapi ia tetap melakukannya. Dari wanita itu, aku mendapatkan dua orang anak (yang cantik) seperti mutiara. Isteriku itu sayang padaku. Tetapi kemarin ketika ia (kembali) mencela dan menjelek-jelekkan dirimu, lantas aku mengambil kapak, kemudian menebaskannya ke perut isteriku dan menghujamkan kuat-kuat ke perut isteriku dan menghujamkan kuat-kuat sampai ia mati.
Kemudian Rasululah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Saksikanlah bahawa darahnya (wanita itu) halal" (HR. Abu Daud dan An Nasa'i)
Siapa pelaksananya ?
Empat belas abad yang lalu, tepatnya di kota madinah pada masa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam ada seorang munafiqun yang bernama Abdullah bin Ubay bin salul. Ketika itu ia bersumpah:
"Demi Allah, apabila aku kembali ke Madinah, tentu orang yang paling mulia akan segera mengusir orang yang paling hina."
Maksud Abdullah bin Ubay adalah bahawa dirinya yang ketika itu termasuk pemimpin di antara pemuka kalangan munafiqun yang menganggap lebih mulia daripada Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam; dan bahawasanya Rasulullah Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam itu adalah orang yang paling rendah martabatnya di antara mereka. Dengan demikian, Baginda tidak layak lagi memimpin mereka. Begitulah maksud Abdullah bin Ubay.
Berita tersebut didengar oleh Zaid bin Al Arqam, kemudian ia menyampaikannya kepada Umar. Umar sangat geram mendengar hal ini, lalu ia melapor kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan menahan emosi, ia berkata, "Izinkan aku, ya Rasulullah, untuk membunuh orang itu, orang yang telah menyebarkan fitnah, agar aku dapat memancung lehernya."
Mendengar permintaan Umar itu, Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam lalu bertanya, "Apakah engkau akan membunuhnya, bila ku izinkan engkau melakukannya?"
Umar menjawab, : "Ya tentu. Demi Allah, jika engkau memerintahkan kepadaku untuk membunuhnya, maka aku akan memancung lehernya, (sekarang juga)."
Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam berusaha menenangkan emosi Umar, seraya berkata "Duduklah dulu".
Tak lama kemudian, datanglah salah seorang terkemuka dari kalangan Anshar yang bernama Usaid bin Hudhair. Ia kemudian berkata "Ya Rasululullah, izinkanlah aku untuk memancung leher orang yang telah menyebarkan fitnah di tengah masyarakat itu"
Kembali Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam berkata seperti apa yang dikatakan Baginda kepada Umar: "Apakah engkau akan membunuhnya, bila ku izinkan engkau melakukannya?"
Usaid bin Hudzair menjawab: "Ya tentu saja. Demi Allah, jika engkau memerintahkan kepadaku untuk membunuhnya, maka aku akan memancung lehernya, (sekarang juga)."
Tetapi, lagi-lagi Rasulullah tidak mengizinkan Usaid melepaskan geramnya.
Berbeza dengan itu, setelah usai Perang Badar, seorang gembong Yahudi bernama Abu 'Afak terus menerus menampakkan permusuhannya pada Islam dan melakukan penghinaan pada Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam. Diantaranya ia menyuruh penyair untuk membuat sya'ir-sya'ir yang mengandung cacian, celaan, cercaan, dan penghinaan terhadap Nabi Sallallahu 'alahi wa sallam. Mendengar hal ini, tanpa banyak komentar seorang sahabat bernama Salim bin Umar mendatangi rumah Abu 'Afak. Kemudian ia menebaskan pedangnya di leher Abu 'Afak sehingga seketika itu juga matilah dia.
Juga pernah suatu waktu ada seorang Yahudi bernama Asma binti Marwan yang sangat membenci Islam. Ia selalu melontarkan perkataan-perkataan yang mengandung penghinaan terhadap Nabi dan Islam. 'Umair bin 'Auf, salah seorang sahabat Nabi mendatangi rumah Asma lalu menancapkan pedang ke dadanya. Ia pun mati. Mensikapi kedua kejadian terakhir ini Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam mendiamkannya.
Demikianlah, sikap Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam tidak mengizinkan membunuh orang munafik Abdullah bin Ubay kerana Baginda khuatir orang-orang mengatakan "Muhammad telah membunuh sahabat-sahabatnya". Bahkan Baginda bersedia mensolatkannya ketika ia meninggal. Namun, Allah segera menurunkan larangan tentang hal itu (lihat surat at Taubah ayat 84). Sementara, untuk kes lainnya, pelaksananya adalah para sahabat yang gagah berani dengan seizin Rasulullah sebagai Kepala Negara.
Wallahu a'lam bissawaab
Wassalam
No comments:
Post a Comment